Kisah Nabi Idris Menyaksikan Surga dan Neraka
Nabi Idris, seorang nabi dan rasul yang terkenal dengan kebijaksanaan dan ketaatannya, adalah sosok yang memiliki mukjizat dan kejadian luar biasa dalam hidupnya. Dia adalah seorang hamba Allah yang sangat taat dan pandai, sehingga mampu menarik perhatian malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Malaikat Izrail, yang biasanya berurusan dengan urusan pencabutan nyawa, merasa terpanggil untuk mengenal lebih dekat Nabi Idris. Keinginannya bukanlah hal yang biasa, karena malaikat adalah makhluk yang selalu taat kepada perintah Allah dan jarang memiliki keinginan pribadi. Namun, kekaguman Malaikat Izrail terhadap Nabi Idris begitu besar, sehingga dia meminta izin kepada Allah untuk turun ke bumi dan bertemu dengan Nabi Idris.
Permintaan ini bukanlah hal yang biasa, karena malaikat tidak sering turun ke bumi kecuali atas perintah Allah. Namun, Allah mengabulkan permintaan Malaikat Izrail dan memberinya izin untuk turun ke bumi. Ini adalah suatu kehormatan yang besar bagi Nabi Idris, karena tidak semua nabi atau rasul diberi kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi langsung dengan malaikat. Demikianlah awal mula perjalanan Nabi Idris yang mengarah ke mukjizat besar dalam hidupnya. Kisah ini adalah bukti betapa Allah sangat mencintai hamba-Nya yang taat dan berbakti.
Kedatangan Malaikat Izrail.
Dalam keheningan malam, Malaikat Izrail turun ke bumi. Dia menyamar sebagai seorang laki-laki yang tampan dengan wajah yang bersinar dan penuh karisma. Dia berjalan dengan langkah yang pasti menuju rumah Nabi Idris, seorang nabi yang dikenal karena ketaatannya kepada Allah. Saat Malaikat Izrail mengetuk pintu rumah Nabi Idris, suara ketukan itu menggema di sepanjang lorong. Nabi Idris, yang sedang beribadah, mendengar suara itu dan segera membuka pintu. Dia melihat seorang tamu yang tampan berdiri di depan pintunya, dengan senyum yang hangat dan mata yang penuh kebaikan. Nabi Idris, dengan keramahan yang menjadi ciri khasnya, mempersilakan tamunya masuk. Dia menunjukkan tamunya ke ruang tamu dan menawarkan tempat duduk yang nyaman. Mereka duduk berhadapan, dan suasana hening sejenak.
Kemudian, tamu tersebut mengungkapkan keinginannya. Dia mengatakan bahwa dia ingin mengenal Nabi Idris lebih dekat. Dia ingin memahami lebih dalam tentang kehidupan dan ajaran Nabi Idris. Dia ingin belajar dari hikmah dan kebijaksanaan Nabi Idris. Nabi Idris, yang selalu terbuka dan ramah, menerima keinginan tamunya dengan senang hati. Dia berjanji akan berbagi semua yang dia tahu dan percayai. Dia berharap bahwa pertemuan ini akan menjadi pertemuan yang berarti dan penuh hikmah. Demikianlah awal pertemuan antara Nabi Idris dan Malaikat Izrail, sebuah pertemuan yang akan membawa perubahan besar dalam hidup Nabi Idris.
Perjalanan ke Neraka.
Dalam keheningan malam, Nabi Idris menyampaikan keinginannya yang mendalam kepada Malaikat Izrail. Dia ingin melihat dua tempat yang selalu menjadi bahan cerita dan peringatan bagi umat manusia: neraka dan surga. Keinginan ini bukanlah keinginan yang biasa, tetapi merupakan keinginan untuk memahami lebih dalam tentang hakikat kehidupan dan akhirat. Malaikat Izrail, yang menghormati keinginan Nabi Idris, kemudian memohon izin kepada Allah. Allah, yang Maha Pengasih dan Penyayang, mengabulkan permintaan tersebut dan memberikan izin kepada Malaikat Izrail untuk mengantar Nabi Idris dalam perjalanan spiritual ini.
Perjalanan pertama mereka adalah menuju neraka, tempat yang selalu digambarkan sebagai tempat penuh siksaan dan penderitaan, ternyata jauh lebih menyeramkan dari apa yang bisa dibayangkan oleh manusia. Nabi Idris, meski adalah seorang nabi yang kuat dan bijaksana, merasa terkejut dan terpukul melihat kondisi neraka. Api yang membakar, suara teriakan yang memilukan, dan penderitaan yang tak berujung, semua itu membuat Nabi Idris merasa sangat sedih.
Keindahan Surga.
Saat memasuki gerbang surga, Nabi Idris merasa seolah-olah dia berada di dunia lain. Cahaya yang memancar dari surga begitu terang dan mempesona, hingga hampir membuat Nabi Idris pingsan. Dia merasa seolah-olah dia sedang berdiri di depan sebuah lukisan yang begitu indah dan realistis, hingga dia hampir tidak percaya bahwa semua ini adalah nyata. Di depan matanya, Nabi Idris melihat sebuah sungai yang mengalir dengan tenang. Air sungai itu begitu bening, hingga dia bisa melihat dasar sungai dengan jelas. Dia bisa melihat ikan-ikan yang berenang dengan riang, dan batu-batu cantik yang terhampar di dasar sungai. Dia juga bisa melihat pohon-pohon yang tumbuh di tepi sungai, dengan daun-daun yang hijau dan bunga-bunga yang berwarna-warni. Namun, yang paling membuat Nabi Idris terpesona adalah keindahan surga itu sendiri. Dia melihat taman-taman yang luas dengan berbagai jenis bunga dan pohon. Dia melihat burung-burung yang terbang bebas di langit biru surga. Dia melihat hewan-hewan yang hidup berdampingan dalam damai.
Nabi Idris menjadi satu-satunya nabi yang diangkat ke langit keempat untuk melihat indahnya surga. Dia merasa sangat beruntung dan bersyukur atas kesempatan ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus berusaha keras dalam ibadahnya, agar dia bisa kembali ke surga ini suatu hari nanti. Demikianlah kisah Nabi Idris saat berada di surga. Kisah ini mengajarkan kita tentang keindahan surga dan pentingnya beribadah kepada Allah. Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah ini.
Pulang ke Bumi
Setelah itu, Nabi Idris meminta untuk kembali ke bumi. Atas permintaan Idris tersebut, Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan, malaikat penjaga surga, untuk menurunkan sebuah tangkai dari surga. Maka, Malaikat Ridwan menurunkan tangkai dari pohon Thuba. Kemudian Nabi Idris berpegangan ke tangkai itu dan pulang ke bumi. Salah satu cerita yang unik adalah ketika Nabi Idris meninggalkan sandalnya di surga. Kisah ini menjadi bukti bahwa Nabi Idris pernah merasakan kenikmatan surga. Demikianlah kisah perjalanan Nabi Idris ke surga. Semoga kisah ini dapat memberikan kita pelajaran dan hikmah. Segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, tuhan yang maha esa, pemilik kisah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar