Jejak Kejayaan Kerajaan Kalingga: Kisah Ratu Shima dan Dinasti Syailendra
Kerajaan Kalingga, yang juga dikenal sebagai Kerajaan Ho-ling atau Keling, bagaikan mutiara tersembunyi dalam sejarah Jawa. Kerajaan Hindu-Buddha ini tampil sebagai primadona di abad ke-6 hingga ke-7, meninggalkan jejak kejayaan yang memukau dan kisah menarik yang patut digali.
Munculnya Kerajaan Kalingga menandai era baru di Jawa. Sebagai kerajaan Hindu-Buddha pertama di pulau ini, Kalingga memancarkan corak budaya yang kaya dan beragam. Keunikannya terletak pada perpaduan pengaruh India dan lokal, melahirkan tradisi dan adat istiadat yang istimewa.
Awalnya, pusat pemerintahan Kalingga bercokol di Keling, Kediri, atau Kalinggapura. Namun, seiring perkembangannya, kerajaan ini memindahkan ibukotanya ke Pekalongan, di pesisir utara Jawa Tengah. Pemindahan ini menunjukkan ambisi Kalingga untuk memperluas pengaruhnya ke maritim, membuka jalur perdagangan baru, dan memperkuat hubungan dengan dunia luar.
Kalingga tak hanya dikenal karena budayanya yang memesona, tetapi juga kekuatan politiknya yang gemilang. Kerajaan ini berhasil membawahi 28 kerajaan kecil di bawah naungannya. Meskipun kerajaan-kerajaan ini memiliki kebebasan untuk mengatur pemerintahannya sendiri, mereka tetap tunduk pada peraturan Kalingga, menyerahkan upeti tahunan, dan mengakui Kalingga sebagai pemimpin tertinggi. Wilayah kekuasaan yang luas ini menunjukkan pengaruh dan kekuatan Kalingga yang tak tertandingi di masanya.
Arti Nama dan Asal Usul Sejarah
Nama "Ho-ling" yang kemudian dikenal sebagai "Keling" atau "Kalingga", diperkirakan muncul pada abad ke-5. Nama ini berasal dari kata "Kalinga", sebuah kerajaan di India Selatan. Diperkirakan bahwa kerajaan ini dibangun oleh beberapa orang India yang melarikan diri karena daerah asal mereka dihancurkan. Lokasi kerajaan ini diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah, di era Ratu Shima. Menurut berita Cina, di sebelah timur Kalingga ada Poli (sekarang Bali), di sebelah barat Kalingga terdapat To-po-Teng (Sumatra). Dari berita tersebut tampak jelas bahwa Kalingga terletak di Jawa bagian Tengah.
Nama “Kalingga” berasal dari bahasa Sansekerta dan memiliki arti "Burung". Ini menunjukkan bahwa nama Kalingga mungkin memiliki hubungan dengan simbolisme atau kepercayaan kuno yang terkait dengan burung. Namun, perlu diingat bahwa interpretasi dan makna simbol dapat bervariasi tergantung pada konteks budaya dan sejarahnya.
Kerajaan Kalingga didirikan oleh keturunan Dinasti Syailendra. Dinasti Syailendra ini nantinya menjadi cikal bakal lahirnya Kerajaan Mataram Kuno. Menurut catatan dalam Prasasti Sojomerto, pendiri Kerajaan Kalingga adalah Dapunta Syailendra. Para keturunan Syailendra ini nantinya menjadi asal usul dari berdirinya Kerajaan Mataram Kuno. Raja pertama Kalingga bernama Prabu Wasumurti yang memimpin dari tahun 594-605 M. Ia digantikan oleh Prabu Wasugeni (605-632 M).
Ratu Shima: Pemimpin Bijaksana di Puncak Kejayaan
Ratu Shima, seorang wanita pemberani dan berwibawa, menjadi simbol kejayaan Kalingga. Diangkat sebagai raja pada tahun 674 Masehi, Ratu Shima memimpin kerajaannya dengan kebijaksanaan dan ketegasan. Ia menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkok, memperkuat perdagangan maritim, dan memajukan kehidupan rakyatnya. Sosok Ratu Shima menjadi inspirasi bagi banyak orang, menunjukkan bahwa kepemimpinan yang luar biasa tidak mengenal gender.
Ratu Shima lahir sekitar tahun 611 Masehi di daerah Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Ia adalah putri dari seorang pemuka agama Hindu-Syiwa. Ratu Shima menikah dengan Raja Kartikeyasingha, Raja Kalingga, yang berkuasa sejak 648-674 Masehi. Setelah suaminya wafat, Ratu Shima menggantikan kedudukan suaminya sebagai penguasa tertinggi di Kalingga.
Tidak banyak catatan sejarah yang menjelaskan tentang ciri fisik Ratu Shima. Namun, ia dikenal sebagai sosok yang kuat dan berwibawa.
Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan adil. Ia memerintah Kerajaan Kalingga dengan sangat keras, tetapi juga adil, sehingga rakyatnya hidup dengan aman, tertib, dan teratur. Salah satu kebijakan terkenal Ratu Shima adalah hukuman keras terhadap segala bentuk pencurian. Kebijakan ini membuat rakyat taat dan tertib, serta menghindari tindak kejahatan. Meski dikenal tegas dan keras, Ratu Shima juga dicintai oleh rakyatnya.
Keruntuhan dan Warisan Kerajaan Kalingga
Pada abad ke-7, Kerajaan Kalingga mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. Penyebab pasti keruntuhannya masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa teori mengaitkannya dengan peperangan, bencana alam, atau faktor internal lainnya.
Salah satu penyebab utama keruntuhan Kerajaan Kalingga adalah serangan dari Kerajaan Sriwijaya. Setelah Ratu Shima meninggal dunia pada 695 Masehi, Kerajaan Kalingga mulai mengalami keruntuhan. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang disebut-sebut menjadi penyebab runtuhnya Kerajaan Kalingga, yaitu kebijakan politik yang kurang sesuai, kondisi perekonomian tidak stabil, kerusuhan di lingkungan kerajaan, dan rasa tidak puas rakyat terhadap kerajaan.
Meskipun telah runtuh, Kerajaan Kalingga meninggalkan warisan budaya dan sejarah yang tak ternilai. Keunikan budayanya, kekuatan politiknya, dan kepemimpinan Ratu Shima yang inspiratif terus dikenang dan dipelajari hingga saat ini.
Warisan budaya dari Kerajaan Kalingga, seperti seni, musik, tari, dan sastra, masih dipelajari dan dijaga kelestariannya oleh masyarakat Indonesia. Meskipun banyak cerita dan informasi tentang Kalingga yang masih terkubur dalam misteri, beberapa peninggalan sejarah lainnya, seperti prasasti batu dengan aksara Pallawa dan bahasa Sansekerta, memberikan petunjuk tentang kehidupan masyarakat Kalingga, sistem pemerintahannya, dan hubungannya dengan kerajaan lain.Di samping itu, beberapa situs arkeologi dari Kerajaan Kalingga juga menjadi objek wisata sejarah yang menarik bagi wisatawan.
Kerajaan Kalingga menjadi bukti nyata bahwa di balik kemegahan masa lampau, terdapat kisah-kisah menarik dan pelajaran berharga yang dapat dipetik untuk generasi mendatang. Demikianlah kisah ini diceritakan dari rangkuman beberapa sumber, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Awloh tuhan sang pemilik kisah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar