Kisah Sumur Maunah, Nabi Muhammad Sedih, 70 Orang Sahabat Mati Syahid Disini

 


Di bawah teriknya matahari Madinah, pada tahun ke-4 Hijriyah, terjadi peristiwa kelam yang meninggalkan duka nestapa bagi umat Islam. Peristiwa ini dikenang sebagai tragedi Bir Maunah (Sumur Maunah). Bir Maunah bukanlah sekadar nama sumur biasa, melainkan sebuah titik di wilayah perbatasan Hijaz dan Najd yang menjadi saksi bisu pengkhianatan dan peristiwa kelam.

Kisah ini bermula dari sebuah Harapan baru yang bersemi di Madinah kala itu. Kabar gembira datang dari wilayah Najd, tepatnya dari salah satu Suku Quraizh. Suku ini, yang bermukim tak jauh dari Bir Maunah, dikabarkan memiliki ketertarikan untuk memeluk Islam. Namun, semangat mereka terbentur oleh realita pahit. Mereka dikelilingi oleh lautan penduduk yang masih menganut kepercayaan nenek moyang, suku-suku yang belum tersentuh cahaya Islam. Keadaan ini membuat Suku Quraizh khawatir.  Mereka ragu untuk secara terang-terangan menyatakan keimanannya, takut akan tindak kekerasan dan pengucilan dari lingkungan sekitar.


Barra’ bin Malik, seorang pemuka dari Bani Amir, memohon agar Rasulullah mengirimkan para sahabat untuk berdakwah dan mengajarkan Islam kepada kaumnya di Najd. Beliau, yang hatinya dipenuhi dengan rahmat dan belas kasih, tersentuh mendengar kesulitan mereka. Rasulullah tak ingin membiarkan keinginan suci Suku Quraizh terpendam. Beliau ingin membantu mereka memeluk Islam dengan aman dan nyaman.

Maka, dengan penuh pertimbangan, Rasulullah memutuskan untuk mengutus 70 orang sahabat pilihan menuju Bir Maunah. Pemilihan para sahabat ini bukanlah sembarangan. Beliau memilih 70 orang yang tak hanya pemberani dan memiliki keteguhan iman, tetapi juga para Qurra’ – penghafal Al-Qur’an. Tugas mereka mulia sekaligus berat. Selain berdakwah dan menyeru kepada Islam di wilayah Bir Maunah, mereka juga memiliki misi untuk memastikan keamanan Suku Quraizh. Dengan kehadiran para sahabat yang shalih dan handal ini, Rasulullah berharap Suku Quraizh akan merasa terlindungi dan mantap untuk memeluk Islam.

Perjalanan menuju Bir Maunah terbentang di bawah teriknya matahari gurun. Namun, semangat jihad dan ketulusan para sahabat membakar jiwa mereka. Mereka melangkah dengan teguh, membawa panji Islam dan harapan bagi Suku Quraizh.


Pengkhianatan Amr bin Umayr

Di tengah perjalanan, rombongan kaum Muslimin ini dicegat oleh Amr bin Umayr, kepala suku Bani Salimah. Amr bin Umayr sebelumnya dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Islam. Namun, hatinya telah dipenuhi dendam kesumat terhadap kaum Muslimin karena mereka telah membunuh kerabatnya di masa lalu. Dengan kepalsuan, Amr bin Umayr berpura-pura masuk Islam dan berjanji akan melindungi rombongan tersebut. Setibanya di Bir Maunah, para sahabat pun lengah karena merasa aman.

Ketika malam tiba, Amr bin Umayr bersama pengikutnya melancarkan serangan mendadak dan membabi buta kepada rombongan kaum Muslimin. Sebanyak 70 sahabat Rasulullah gugur syahid dalam peristiwa ini, kecuali Ka'b bin Malik dan selamat dengan luka parah. Kabar pembantaian keji tersebut sampai ke Madinah dan membuat duka yang mendalam. Rasulullah begitu sedih dan murka atas perbuatan biadab tersebut. Namun, beliau tetap menjunjung tinggi keadilan dan hukum Islam.


Misi Penyelidikan dan Penegakan Keadilan

Rasulullah kemudian mengutus Khalid bin Walid untuk menyelidiki peristiwa tersebut. Khalid bin Walid bersama pasukannya bergerak menuju wilayah Bani Salimah. Setelah melalui penyelidikan yang cermat, terbukti bahwa Amr bin Umayr dan pengikutnya lah yang menjadi pelaku pembantaian. Khalid bin Walid kemudian berhasil menangkap Amr bin Umayr dan para pelaku lainnya. Sesuai dengan syariat Islam, mereka diadili dan dijatuhi hukuman qisas sesuai dengan perbuatan mereka.

Peristiwa Bir Maunah meninggalkan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam. Di tengah duka yang mendalam, Rasulullah tetap menunjukkan sikap yang adil dan bijaksana. Beliau tidak terbawa oleh amarah dan hawa nafsu untuk melakukan pembalasan tanpa dasar.

Peristiwa Bir Maunah juga mengajarkan pentingnya untuk berhati-hati terhadap tipu daya dan penghianatan. Tidak semua orang yang menampilkan wajah baik, dapat dipercaya sepenuhnya. Kisah Bir Maunah ini menjadi bukti nyata bagaimana Rasulullah sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana, senantiasa menjunjung tinggi keadilan dan hukum Allah, meskipun dalam situasi yang penuh duka dan emosi. Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, tuhan yang maha esa, pemilik kisah kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Asal Usul Suku Mentawai, Tertua di Indonesia, Warisan Budaya yang Menawan

Sejarah Asal Usul Pulau Sumatera, Pulau Emas yang Menawan di Nusantara

Sejarah Asal Usul Pekalongan: Kota Batik yang Menawan di Jawa Tengah