Sejarah Asal Usul Kabupaten Batang, Permata Pantura Jawa dengan Budaya yang Luar Biasa
Terletak di pantai utara Jawa Tengah, Indonesia, Kabupaten Batang adalah permata tersembunyi yang sarat dengan sejarah, legenda, dan keindahan alam yang mempesona. Dengan luas wilayah mencapai 788,64 km persegi, Batang menyuguhkan berbagai daya tarik yang menjadikannya destinasi wisata yang menarik. Kabupaten Batang dikenal dengan julukan 'Kota Pelabuhan', sebuah nama yang berasal dari sejarahnya sebagai kota pelabuhan sejak zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Banyak orang Tionghoa yang datang ke Batang untuk belajar ajaran Buddha di wilayah Kerajaan Sriwijaya. Oleh karena itu, Batang memiliki sejarah panjang sebagai kota pelabuhan yang terkenal sejak zaman dahulu. Batang menawarkan berbagai daya tarik, mulai dari keindahan alam hingga situs bersejarah. Beberapa tempat wisata populer di Batang antara lain Pantai Ujung Negoro, yang terkenal dengan pemandangan matahari terbenamnya yang memukau, dan Taman Sikembang, yang menawarkan berbagai aktivitas luar ruangan seperti rumah pohon, flying fox, dan hiking.
Sejarah Kabupaten Batang.
Nama 'Batang' memiliki asal usul yang unik dan menarik. Kata 'Batang' berasal dari kata 'Bata-an', di mana 'Bata' berarti batu dan 'an' berarti satu atau pertama. Ini mungkin merujuk pada batu pertama yang ditemukan atau batu pertama yang digunakan dalam pembangunan di daerah tersebut. Namun, ada juga legenda populer lainnya yang memberikan penjelasan berbeda tentang asal usul nama 'Batang'. Menurut legenda ini, Batang berasal dari kata 'Ngembat - Watang' yang berarti mengangkat batang kayu. Legenda ini merujuk pada peristiwa heroik Ki Ageng Bahurekso, seorang tokoh penting dalam sejarah Batang. Ki Ageng Bahurekso dianggap sebagai pendiri Batang, dan peristiwa heroiknya dalam mengangkat batang kayu telah menjadi bagian integral dari identitas dan sejarah Batang.
Sejarah Kabupaten Batang sendiri sangat kaya dan penuh dengan peristiwa penting. Kabupaten ini didirikan sekitar tahun 1614, dan kemudian dibekukan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1935. Namun, semangat dan identitas Batang tidak bisa dipadamkan. Kabupaten ini kemudian dibentuk kembali pada tanggal 14 Juni 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Sukarno No. 52 tahun 1965. Kabupaten Batang juga memiliki hubungan yang kuat dengan Kerajaan Majapahit, salah satu kerajaan paling kuat dan berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Selain itu, Batang juga telah dikenal sejak orang-orang Tionghoa datang untuk belajar ajaran Buddha di kawasan Kerajaan Sriwijaya. Ini menunjukkan bahwa Batang telah lama menjadi pusat pertemuan budaya dan pengetahuan."
Legenda dan Cerita Masyarakat.
Dikisahkan, pada zaman dahulu, wilayah Batang masih merupakan hutan belantara yang luas. Masyarakatnya hidup dalam kesederhanaan dan kedamaian, dikelilingi oleh kekayaan alam yang melimpah. Namun, kedamaian ini terganggu ketika Kerajaan Mataram Islam berencana menyerang Batavia dan membutuhkan persediaan beras yang banyak. Sultan Agung Hanyakrakusuma menugaskan Ki Ageng Bahurekso, seorang senopati perang yang berani dan sakti, untuk membuka lahan di Alas Roban dan menjadikannya daerah persawahan. Ki Ageng Bahurekso, bersama para pengikutnya, memulai tugas berat ini dengan penuh semangat.
Saat mempersiapkan daerah pertanian, mereka menghadapi banyak hambatan. Banyak pekerja penebang hutan yang sakit dan meninggal karena diganggu oleh jin, setan, atau siluman penjaga hutan Roban, yang dipimpin oleh raja mereka, Dadungawuk. Namun, berkat kesaktian Bahurekso, raja siluman itu dapat dikalahkan dan gangguan-gangguan tersebut berakhir, meski dengan syarat bahwa para siluman itu harus mendapatkan bagian dari hasil panen.
Air bendungan untuk pengairan, ternyata tidak selalu lancar alirannya. Kadang-kadang besar, kadang-kadang kecil, bahkan tidak mengalir sama sekali. Setelah diteliti, ternyata ada batang kayu (watang) besar yang melintang menghalangi aliran air. Banyak orang yang disuruh mengangkat dan memindahkan watang tersebut, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, Bahurekso turun tangan sendiri. Setelah mengheningkan cipta dan memusatkan kekuatan serta kesaktiannya, watang besar itu dapat dengan mudah diangkat dan dengan sekali embat, patahlah watang itu. Dari peristiwa ngembat watang inilah nama Batang berasal, dari kata ngem Bat wa Tang (Batang). Orang Batang sendiri sesuai dialeknya menyebut "Mbatang". Nama "Batang" sendiri konon berasal dari kata "Ngembat Watang", yang berarti "Mengangkat Batang Kayu".
Peninggalan Sejarah.
Kabupaten Batang, Jawa Tengah, tidak hanya menyimpan pesona alam yang memukau, tetapi juga kaya akan peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu peradaban masa lampau. Di antara peninggalan bersejarah tersebut, dua yang menonjol adalah Masjid Agung Darul Muttaqin dan Situs Arca Batu Gajah.
Masjid Agung Darul Muttaqin: Simbol Perlawanan dan Keteguhan Iman.
Berdiri megah di pusat Kota Batang, Masjid Agung Darul Muttaqin bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga monumen bersejarah yang menandakan semangat juang rakyat Batang dalam melawan penjajahan Belanda. Dibangun pada tahun 1825, masjid ini menjadi saksi bisu pergolakan melawan penjajah yang berkecamuk di Batang pada masa lampau. Pada masa penjajahan Belanda, Masjid Agung Darul Muttaqin menjadi pusat perlawanan rakyat Batang. Para pejuang kemerdekaan seringkali berkumpul di masjid ini untuk merumuskan strategi dan membangkitkan semangat juang. Masjid ini pun menjadi sasaran kemarahan Belanda, yang beberapa kali berusaha untuk menghancurkannya. Namun, berkat kegigihan dan keteguhan iman rakyat Batang, Masjid Agung Darul Muttaqin berhasil dilestarikan hingga saat ini. Masjid ini menjadi simbol perlawanan rakyat Batang dan pengingat akan perjuangan para pahlawan dalam meraih kemerdekaan.
"Situs Arca Batu Gajah: Jejak Memukau dari Peradaban Kuno.
Tersembunyi di Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, terdapat sebuah situs bersejarah yang menyimpan misteri peradaban kuno: Situs Arca Batu Gajah. Situs ini menampilkan beberapa arca batu berbentuk gajah dengan berbagai ukuran dan gaya. Keberadaan Situs Arca Batu Gajah masih diselimuti misteri tentang asal-usul dan penciptanya. Para arkeolog memperkirakan bahwa situs ini berasal dari masa Hindu-Buddha, kemungkinan besar antara abad ke-7 dan ke-9 Masehi. Arca-arca batu gajah ini dipercaya memiliki makna religius dan spiritual bagi masyarakat pada masa itu. Dengan sejarah dan budaya yang kaya, serta keindahan alam yang mempesona, Kabupaten Batang benar-benar merupakan permata yang menarik di pantai utara Jawa Tengah. Dari pantai yang indah hingga situs bersejarah, Kabupaten Batang menawarkan berbagai pengalaman yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung. Kisah ini diceritakan berdasarkan rangkuman dari beberapa sumber, dan segala kebenaran detailnya kita serahkan kepada Allah, Tuhan yang Maha Kuasa.
Komentar
Posting Komentar