Zikir Makrifat dan Tasawuf Rabiah al-Adawiyah, Sang Ibunda Para Wali Sufi



Rabiah al-Adawiyah, juga dikenal dengan nama Rabi'ah Basri, adalah seorang sufi wanita yang terkenal karena kesuciannya dan kecintaannya yang mendalam terhadap Allah. Ia lahir di kota Basrah, Irak, sekitar tahun 713-717 Masehi. Nama lengkapnya adalah Rabi'ah binti Ismail al-Adawiyah al-Basriyah.

Rabi'ah dilahirkan dalam keluarga yang sangat miskin. Ia adalah anak keempat dari empat bersaudara, sehingga ia dinamakan Rabiah yang berarti anak keempat. Ayahnya, Ismail, meninggal dunia kemudian disusul oleh ibunya, sehingga Rabi'ah dan ketiga saudara perempuannya menjadi anak yatim piatu. Sebelum menjadi sufi besar, Beliau adalah seorang budak yang tekun bekerja tetapi tidak meninggalkan keimanannya kepada Allah.


Perjalanan Spiritual.

Rabiah al-Adawiyah, seorang wanita yang terlahir di Basrah, Irak, memulai perjalanan spiritualnya dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Ia adalah seorang sufi yang zuhud, sebuah istilah dalam Islam yang menggambarkan seseorang yang tidak tertarik pada harta dan kenikmatan duniawi. Bagi Rabi'ah, kehidupan ini hanyalah sementara dan yang abadi hanyalah kehidupan di akhirat. Rabi'ah memilih untuk mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Ia menghabiskan waktu-waktunya dengan berdoa, berzikir, dan merenungkan makna kehidupan. Ia percaya bahwa cinta kepada Allah adalah cinta yang paling murni dan paling tinggi.

Namun, perjalanan spiritual Rabi'ah bukanlah perjalanan yang mudah. Ia kerap menangis dan bersedih, bukan karena kesedihan duniawi, melainkan karena ingat akan kekurangan-kekurangan dirinya di hadapan Allah. Ia merasa bahwa dirinya belum cukup baik dalam beribadah dan belum cukup mencintai Allah. Ketika mendengar keterangan perihal neraka, Rabi'ah jatuh tak sadarkan diri. Ini menunjukkan betapa dalamnya rasa takut dan hormatnya kepada Allah. Bagi Rabi'ah, neraka bukan hanya sekedar tempat siksaan, melainkan simbol dari kemurkaan Allah kepada hamba-Nya yang durhaka.

Perjalanan spiritual Rabiah al-Adawiyah adalah perjalanan yang penuh dengan cinta dan pengabdian. Meski dipenuhi dengan air mata dan kesedihan, namun di balik itu semua tersimpan keindahan cinta yang murni dan pengabdian yang tulus kepada Allah. Perjalanan ini telah menginspirasi banyak orang dan menjadi teladan bagi para sufi lainnya.


Cinta Ilahi, Konsep Tasawuf Rabiah al-Adawiyah.

Rabiah al-Adawiyah, dikenal luas karena teori cinta ilahi dan konsepnya dalam tasawuf. Cinta ilahi, atau cinta kepada Tuhan, adalah konsep yang mendalam dan kompleks, namun Rabi'ah berhasil merumuskannya dengan cara yang sangat indah dan menarik. Rabi'ah memandang cinta sebagai kekuatan yang mendorong segala sesuatu dalam hidup ini. Baginya, cinta adalah motivasi untuk beribadah, berdoa, dan berzikir. Ia percaya bahwa cinta adalah jalan menuju kebenaran dan pencerahan. Namun, cinta yang dimaksud Rabi'ah bukanlah cinta biasa. Ia berbicara tentang cinta ilahi, cinta yang murni dan tidak terkait dengan keinginan duniawi. Cinta ini adalah cinta yang tidak mengharapkan balasan, cinta yang tidak meminta apa-apa selain cinta itu sendiri.

Rabi'ah merintis jalan cinta ini dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Ia mengajarkan bahwa cinta ilahi adalah jalan menuju kesucian dan kedekatan dengan Allah. Ia percaya bahwa dengan mencintai Allah, seseorang dapat mencapai tingkat spiritualitas yang lebih tinggi. Konsep cinta ilahi Rabi'ah telah memberikan pengaruh besar pada dunia tasawuf. Ia telah menginspirasi banyak sufi dan pemikir Islam lainnya. Konsep ini telah menjadi bagian penting dari ajaran tasawuf dan telah membantu banyak orang dalam perjalanan spiritual mereka.


Rabiah al-Adawiyah, sangat disegani dalam sejarah peradaban Islam, dikenal memiliki sejumlah karomah atau keistimewaan spiritual. Berikut adalah beberapa kisahnya:

  • Berinteraksi dengan Binatang Buas: Ketika Rabi'ah sedang berjalan-jalan di pegunungan, banyak binatang buas mendekatinya. Anehnya, binatang-binatang tersebut tidak menyerang Rabi'ah dan sangat jinak kepadanya.
  • Menghidupkan Kembali Unta: Suatu hari, Rabi’ah melakukan perjalanan haji ke Makkah naik unta. Di tengah jalan, unta yang dinaiki tersebut mati. Rabi’ah berdoa kepada Allah dan tidak lama setelah itu, untanya hidup kembali.
  • Menerangi Rumah dengan Cahaya dari Jari: Suatu malam ada dua orang teman Rabi’ah yang datang kerumahnya. Mereka hendak melakukan diskusi bersama dengan Rabi’ah. Namun, rumah Rabi’ah tidak memiliki lampu penerang. Lalu Rabi’ah meniup ujung jari-jarinya hingga kemudian mengeluarkan cahaya yang terang dan menerangi seluruh rumahnya sepanjang malam.

Kisah-kisah karomah ini menunjukkan betapa tingginya tingkat spiritualitas Rabi'ah dan kekuatan imannya kepada Allah. Namun, penting untuk diingat bahwa karomah bukanlah tujuan utama dalam tasawuf, melainkan hanyalah tanda atau bukti dari kedekatan seseorang dengan Allah.


Pengaruh dan Warisan.

Rabi'ah diperkirakan meninggal sekitar tahun 801 Masehi / 185 Hijriah. Ia dikenal sebagai "The Mother of the Grand Master" atau Ibu Para Sufi Besar karena kezuhudannya. Ia juga menjadi panutan para ahli sufi lain seperti Ibnu al-Faridh dan Dhun Nun al-Misri. Kezuhudan Rabi'ah juga dikenal hingga ke Eropa. Rabi'ah bukan tipe orang yang mudah menerima pemberian orang lain. Ia begitu zuhud. Ia kerap menolak pemberian orang lain. Ia akan dengan jujur mengatakan, “Aku tidak terlalu berhajat pada dunia.”

Kisah hidup Rabiah al-Adawiyah adalah cerita tentang perjuangan, cinta, dan pengabdian. Meski hidup dalam kemiskinan dan penderitaan, ia tetap setia pada imannya dan berdedikasi pada ibadahnya. Kisahnya adalah sumber inspirasi bagi banyak orang, baik di masa hidupnya maupun setelahnya. Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, Tuhan yang maha esa, sang pemilik kisah kehidupan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Asal Usul Suku Mentawai, Tertua di Indonesia, Warisan Budaya yang Menawan

Sejarah Asal Usul Pulau Sumatera, Pulau Emas yang Menawan di Nusantara

Sejarah Asal Usul Pekalongan: Kota Batik yang Menawan di Jawa Tengah