Kisah Nabi Musa, Turunnya Manna dan Salwa dari Langit Saat Bani Israil Kelaparan

 



Pada suatu hari yang terik, di tengah-tengah gurun Sinai yang tandus dan luas, terhampar pasir yang membentang sejauh mata memandang. Matahari bersinar terik, memancarkan sinar yang menyengat dan membuat udara menjadi sangat panas. Di tengah kondisi yang demikian, kaum Bani Israil merasa sangat berat. Mereka merasakan teriknya panas matahari yang menyengat kulit mereka, membuat mereka merasa sangat lelah dan kehausan.

Rasa lapar mulai menggigit perut mereka. Mereka merasa lelah, bukan hanya karena panas dan kehausan, tetapi juga karena rasa lapar yang semakin menjadi-jadi. Mereka merasa putus asa, tidak tahu harus berbuat apa. Mereka merasa seperti tidak ada harapan lagi.

Dalam keadaan yang demikian, mereka mengadu kepada Nabi Musa, pemimpin mereka. Mereka mengungkapkan semua keluh kesah mereka, semua rasa putus asa dan kekecewaan mereka. Mereka merasa seperti tidak ada jalan keluar lagi dari kondisi yang mereka alami.

Nabi Musa, pemimpin mereka, mendengarkan semua keluhan mereka dengan sabar. Dia merasa iba melihat kondisi kaumnya yang menderita. Dia merasa bertanggung jawab atas mereka, karena dia adalah pemimpin mereka. Dia merasa harus melakukan sesuatu untuk membantu mereka.

Dengan penuh keyakinan dan harapan, Nabi Musa berdoa kepada Allah. Dia memohon pertolongannya, memintanya untuk memberikan solusi atas masalah yang dihadapi oleh kaumnya. Dia berdoa dengan penuh keikhlasan dan ketulusan, berharap Allah akan menjawab doanya. 


Allah, dalam kasih dan belas kasihnya yang tak terhingga, menjawab doa Nabi Musa. Dia mengirimkan makanan dari surga, sebuah anugerah yang luar biasa, yang disebut ‘manna’ dan ‘salwa’. Makanan ini bukanlah makanan biasa, melainkan makanan yang berasal langsung dari surga, sebuah tanda kasih sayang dan belas kasihan Allah kepada hambanya.

Manna adalah sejenis madu yang dijadikan minuman setelah dicampur air. Ini bukan madu biasa, melainkan madu yang memiliki rasa dan aroma yang sangat khas. Butiran-butiran manna berwarna merah yang terhimpun pada dedaunan, biasanya turun saat fajar menjelang terbitnya matahari. Ini adalah pemandangan yang sangat indah, butiran-butiran manna yang berkilauan di bawah sinar matahari pagi, seolah-olah mereka adalah permata yang berharga.

Rasanya manis bercampur asam, berwarna kekuningan. Ini adalah rasa yang sangat unik, kombinasi antara rasa manis dan asam yang membuat lidah merasa segar dan hidup. Warna kekuningan manna menambah keindahan dan keunikan dari makanan ini.

Sedangkan salwa, adalah sejenis burung mirip as-samani yang lezat dagingnya. Burung-burung salwa datang dan mendarat di sekitar tempat perkemahan Bani Israil setiap hari. Mereka dengan mudah ditangkap untuk disembelih dan dimakan. Ini adalah anugerah yang luar biasa, burung-burung yang datang dan mendarat di sekitar perkemahan mereka, seolah-olah mereka datang untuk menawarkan diri mereka sebagai makanan.


Namun, meskipun Allah telah memberikan mereka makanan manna dan salwa yang lezat dan bergizi, Bani Israil tidak merasa bersyukur. Mereka merasa bosan dengan makanan tersebut. Mereka merindukan makanan yang biasa mereka konsumsi sewaktu mereka masih berada di Mesir, seperti sayuran, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah. Mereka merasa bahwa makanan tersebut lebih lezat dan lebih memuaskan dibandingkan dengan manna dan salwa.

Meski demikian, Allah, dalam kasih dan belas kasihannya yang tak terhingga, tetap memberikan mereka makanan tersebut. Dia tidak marah atau kecewa dengan mereka. Dia tetap memberikan mereka makanan tersebut, sebagai bukti kasih dan belas kasihannya. Dia ingin mereka tetap sehat dan kuat, meskipun mereka tidak merasa bersyukur.

Kisah ini mengajarkan kita tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Meski terkadang apa yang kita miliki tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun kita harus tetap bersyukur dan menghargai setiap pemberian darinya. Kita harus menghargai segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah, baik itu besar maupun kecil. Kita harus selalu mengucap syukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah, karena dengan bersyukur, kita akan merasa lebih bahagia dan lebih puas dengan apa yang kita miliki.

Kisah ini juga mengajarkan kita bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hambanya. Meskipun terkadang apa yang Dia berikan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan, namun kita harus yakin bahwa apa yang Dia berikan adalah yang terbaik untuk kita. Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, tuhan yang maha esa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Asal Usul Suku Mentawai, Tertua di Indonesia, Warisan Budaya yang Menawan

Sejarah Asal Usul Pulau Sumatera, Pulau Emas yang Menawan di Nusantara

Sejarah Asal Usul Pekalongan: Kota Batik yang Menawan di Jawa Tengah