Kisah Hidup Fatimah Az-Zahra, Putri Nabi Muhammad

 


Kelahiran Fatimah Az-Zahra

Fatimah Az-Zahra, putri bungsu yang mulia dari Rasulullah Muhammad, lahir pada hari Jumaat, 20 Jamadil Akhir, tahun ke-5 sebelum kenabian atau sekitar tahun 605 M. Ia adalah buah cinta antara Rasulullah dan istrinya, Khadijah binti Khuwaylid. Fatimah adalah satu-satunya anak Rasulullah yang memberikan beliau cucu.

Kelahiran Fatimah bertepatan dengan peristiwa besar, yakni ditunjuknya Muhammad sebagai penengah ketika terjadi perselisihan antara suku-suku Quraisy tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad setelah Ka'bah selesai direnovasi. Ini menandakan bahwa kelahiran Fatimah bukanlah peristiwa biasa, melainkan peristiwa yang penuh berkah dan memiliki makna mendalam.

Sejak dalam kandungan, Fatimah telah berperan sangat besar untuk menenangkan hati ibunya, Khadijah, dari segala kesedihan yang menerpa. Khadijah sering mengajak janin dalam kandungannya itu berbincang, hingga Rasulullah bertanya kepada istrinya itu, "Wahai Khadijah, siapa yang berbicara denganmu itu?" Khadijah menjawab, "Janin yang berada dalam perutku. Ia berbicara kepadaku dan menyenangkanku."

Malaikat Jibril memberi kabar gembira bahwa bayi itu perempuan. Ia orang yang suci dan diberkahi. Awloh akan menjadikan keturunanku darinya dan Ia akan menjadikan dari keturunannya para imam umat, yang Ia jadikan mereka itu sebagai khalifah di bumi setelah terputus wahyu Awloh. Mendengar kabar dari Rasulullah ini, Khadijah pun diselimuti dengan kegembiraan dan kebahagiaan. Hatinya penuh dengan kesenangan dan suka cita.


Masa Kecil Fatimah Az-Zahra

Fatimah Az-Zahra, putri bungsu Rasulullah Muhammad, tumbuh dalam lingkungan yang penuh tantangan dan cobaan. Sejak usia dini, ia telah menjadi saksi langsung dari dakwah Islam periode Makkah yang penuh dengan pertumpahan darah dan penindasan.

Ketika Fatimah masih berusia lima tahun, ibunya, Khadijah, meninggal. Kepergian ibunya sangat memukul hati kecil Fatimah. Namun, bukan Fatimah namanya jika ia menyerah begitu saja. Ia harus menggantikan peran ibunya untuk melayani, membantu, dan membela ayahnya. Dalam usianya yang masih sangat muda, Fatimah telah menunjukkan kekuatan dan ketegarannya.

Kehidupan Fatimah tidaklah mudah. Ia tumbuh dalam keadaan sulit, namun hal itu justru membentuknya menjadi perempuan yang tegar, kuat, dan penuh kesabaran. Fatimah adalah sosok yang tangguh, ia tidak pernah menyerah meski hidupnya penuh dengan cobaan dan kesulitan.

Meski hidup dalam kesulitan, Fatimah tetap menjadi anak kesayangan Rasulullah. Rasulullah sangat menyayangi Fatimah. Setiap kali beliau bepergian, beliau selalu menemui Fatimah sebelum menemui istri-istrinya. Begitu juga sebaliknya, Fatimah selalu menyambut ayahnya dengan hangat setiap kali beliau datang mengunjunginya.

Fatimah adalah sebagian dari Rasulullah, seperti sabda beliau: “Fatimah adalah sebagian daripadaku, barangsiapa ragu terhadapnya, berarti ragu terhadapku, dan siapa yang membohonginya berarti sudah membohongiku,” (H.R. Bukhari). Hal ini menunjukkan betapa erat dan dalamnya hubungan antara Fatimah dan Rasulullah.

Fatimah Az-Zahra menjadi teladan bagi para wanita muslimah di seluruh dunia. Ia dikenal dengan sifatnya yang penyabar, zuhud, dan taat kepada Awloh. Ia selalu menjaga lisannya, tidak pernah berkata kasar atau menyakiti hati orang lain. Fatimah juga dikenal sebagai wanita yang sangat dermawan, selalu membantu orang-orang yang membutuhkan.


Pernikahan Fatimah Az-Zahra

Pada usia yang masih belia, tepatnya 15 tahun lebih 5 bulan, Fatimah Az-Zahra memasuki babak baru dalam hidupnya. Ia menikah dengan  Ali bin Abi Thalib, yang saat itu berusia 21 tahun. Ali bukanlah orang asing bagi Fatimah, sebab Ali adalah sepupu Nabi Muhammad. Jadi, Fatimah menikah dengan seseorang yang dia kenal dan hormati.

Perkawinan mereka dilakukan dengan sangat sederhana. Saat itu, Ali bukanlah pemuda berkecukupan. Untuk membayar mahar Fatimah, Ali harus menjual perisainya untuk biaya pernikahan. Meski demikian, pernikahan mereka dipenuhi dengan kebahagiaan dan cinta.

Pernikahan Fatimah dan Ali diselenggarakan beberapa waktu setelah hijrah dari Makkah ke Madinah pada 622 M. Hijrah ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam, dimana umat Islam pindah dari Makkah ke Madinah untuk mendirikan komunitas Muslim pertama.

Dari pernikahan mereka, Fatimah dikaruniawi empat anak, tiga putra yaitu Hassan, Husain, dan Muhassin (meninggal saat kecil), sedangkan putrinya adalah Zaynab dan Ummi Kultsum. Meski kehidupan ekonomi Fatimah tidak membaik setelah pernikahan, namun ia dan Ali tetap menjalani hidup dengan penuh kesabaran dan ketegaran. 

Fatimah dan Ali tinggal di sebuah rumah sederhana di Madinah, jauh dari kemewahan dan hiruk pikuk duniawi. Mereka hidup dengan penuh kesederhanaan dan ketaatan, selalu mengikuti ajaran Rasulullah. Fatimah dikenal sebagai wanita yang rajin bekerja, ia membantu Ali dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak-anak mereka, Hasan dan Husain.


Wafatnya Fatimah Az-Zahra

Fatimah Az-Zahra, putri kesayangan Rasulullah Muhammad, wafat pada tahun 632 Masehi di Madinah. Ia wafat pada usia yang cukup muda, yakni 27 tahun. Kecintaannya pada Rasulullah membuatnya sangat terpukul ketika beliau wafat.

Fatimah Az-Zahra adalah seorang wanita mulia yang memiliki julukan ratu wanita surga karena keutamaan akhlaknya. Ia adalah putri terakhir dari pernikahan Rasulullah dengan Khadijah binti Khuwailid. Fatimah adalah anak yang paling disayangi oleh Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Fatimah adalah bagian dari tubuhku. Barangsiapa menyusahkannya, berarti ia menyusahkanku,".

Usai Rasulullah wafat, Fatimah merasa sedih yang sangat mendalam. Ia bahkan juga merasa bahwa hari-harinya di dunia hanya tinggal sebentar. Menurut keterangan hadits, Fatimah adalah keluarga pertama Rasulullah yang meninggal setelah beliau sendiri. 

Setelah wafatnya Fatimah Az-Zahra, Ali bin Abi Thalib, suaminya, merasa sangat kehilangan. Ia merasa kehilangan sosok istri yang sangat ia cintai dan juga sahabat yang selalu ada di sisinya. Ali merasa sangat sedih dan berduka.

Ali kemudian menguburkan Fatimah di sebuah tempat yang tidak diketahui banyak orang. Ini dilakukan atas permintaan Fatimah sendiri sebelum ia meninggal. Fatimah meminta agar tempat peristirahatannya tidak diketahui oleh banyak orang.

Kehilangan Fatimah adalah sebuah duka yang sangat mendalam bagi Ali dan anak-anak mereka. Mereka merasa kehilangan sosok yang sangat penting dalam hidup mereka. Namun, mereka tetap berusaha untuk kuat dan sabar dalam menghadapi cobaan ini.

Fatimah Az-Zahra mungkin telah tiada, namun kenangan tentangnya akan selalu hidup dalam hati mereka. Kisah hidupnya yang penuh dengan cinta, kesabaran, dan pengorbanan akan selalu menjadi inspirasi bagi umat Islam di seluruh dunia.

Demikianlah kisah hidup Fatimah Az-Zahra, putri kesayangan Rasulullah, yang penuh dengan keteladanan dan keikhlasan. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Legenda Putri Gunung Ledang, Cerita Rakyat Malaka

Kisah Gunung Sumbing: Sejarah, Legenda dan Cerita Mistis

Kisah Legenda Puteri Junjung Buih, Cerita Rakyat Kalimantan