Legenda Asal Usul Gunung Kelud, Kisah Dewi Kilisuci, Lembu Suro, dan Mahesa Suro
Di sebuah kerajaan yang indah dan makmur bernama Jenggala, terdapat seorang putri yang sangat cantik. Namanya adalah Dewi Kilisuci. Kecantikannya bukan hanya sekedar fisik, tapi juga berasal dari hatinya yang tulus dan penuh kasih sayang.
Dewi Kilisuci memiliki kulit yang halus seperti sutra, mata yang berbinar seperti bintang di langit malam, dan senyumnya yang manis dapat mencairkan hati siapa saja yang melihatnya. Rambutnya yang hitam panjang terurai indah, menambah pesona kecantikannya.
Dewi Kilisuci bukan hanya seorang putri yang cantik. Ia juga dikenal karena kecerdasan dan kebijaksanaannya. Ia selalu berusaha untuk memahami dan membantu rakyatnya, dan karena itulah ia sangat dicintai oleh rakyat Jenggala.
Meskipun banyak pria yang terpesona oleh kecantikannya, Dewi Kilisuci selalu menjaga hatinya untuk pria yang benar-benar mencintainya dan mampu membuktikan cintanya. Ia percaya bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kecantikan fisik, tetapi juga tentang kebaikan hati dan ketulusan.
Kabar tentang kecantikan dan kebaikan hati Dewi Kilisuci menyebar luas, bahkan sampai ke telinga dua raja yang bukan dari bangsa manusia. Mereka adalah Lembu Suro, raja yang berkepala lembu, dan Mahesa Suro, raja yang berkepala kerbau. Kedua raja tersebut terpesona oleh kecantikan Dewi Kilisuci dan memutuskan untuk melamar sang putri.
Lembu Suro dan Mahesa Suro datang ke Kerajaan Jenggala dengan membawa berbagai macam hadiah. Mereka berdua berlutut di depan Dewi Kilisuci, menyatakan cinta mereka dan meminta tangan sang putri dalam pernikahan. Mereka berjanji akan memberikan segala yang mereka miliki dan melindungi Dewi Kilisuci dengan segenap kekuatan mereka.
Namun, Dewi Kilisuci merasa terkejut dan bingung. Ia tidak pernah membayangkan bahwa ia akan mendapatkan lamaran dari dua raja yang bukan manusia. Meski demikian, Dewi Kilisuci tetap menjaga sikapnya yang sopan dan bijaksana. Ia meminta waktu untuk berpikir sebelum memberikan jawaban kepada kedua raja tersebut.
Setelah mendengar lamaran dari Lembu Suro dan Mahesa Suro, Dewi Kilisuci merasa perlu untuk menguji keseriusan dan ketulusan cinta kedua raja tersebut. Ia pun memutuskan untuk mengadakan sayembara. Sayembara ini bukanlah sayembara biasa, melainkan tantangan yang hampir mustahil dilakukan oleh manusia biasa.
Dewi Kilisuci meminta Lembu Suro dan Mahesa Suro untuk membuat dua sumur di atas Gunung Kelud dalam waktu satu malam saja. Sumur pertama harus berbau amis, seperti bau laut yang asin dan segar. Sedangkan sumur kedua harus berbau wangi, seperti bau bunga yang harum dan menenangkan.
Tantangan ini bukanlah tugas yang mudah. Gunung Kelud adalah gunung yang tinggi dan curam, dan membuat sumur di atas gunung tentu membutuhkan kekuatan dan keahlian khusus. Selain itu, mereka harus menyelesaikan tugas ini dalam waktu satu malam, sebelum ayam berkokok menyambut fajar.
Namun, Lembu Suro dan Mahesa Suro tidak gentar. Mereka adalah raja yang bukan manusia, dan mereka memiliki kekuatan sakti yang dapat membantu mereka menyelesaikan tantangan ini. Mereka berjanji akan menyelesaikan tugas ini dan membuktikan cinta mereka kepada Dewi Kilisuci.
Setelah mendengar tantangan dari Dewi Kilisuci, Lembu Suro dan Mahesa Suro merasa yakin bahwa mereka mampu menyelesaikan tugas tersebut. Mereka adalah raja yang bukan manusia, dan mereka memiliki kekuatan sakti yang dapat membantu mereka menyelesaikan tantangan ini.
Malam itu, mereka berdua pergi ke puncak Gunung Kelud. Dengan kekuatan sakti mereka, mereka mulai menggali tanah dan batu, menciptakan dua sumur yang dalam. Mereka bekerja tanpa henti, dengan tekad yang kuat untuk memenangkan hati Dewi Kilisuci.
Lembu Suro bertanggung jawab atas pembuatan sumur yang berbau amis. Ia menggunakan kekuatannya untuk menggali tanah dan batu, dan kemudian memanggil roh-roh laut untuk mengisi sumur tersebut dengan air laut. Hasilnya adalah sumur yang berbau amis, seperti bau laut yang asin dan segar.
Sementara itu, Mahesa Suro bertanggung jawab atas pembuatan sumur yang berbau wangi. Ia menggunakan kekuatannya untuk menggali tanah dan batu, dan kemudian memanggil roh-roh bunga untuk mengisi sumur tersebut dengan air bunga. Hasilnya adalah sumur yang berbau wangi, seperti bau bunga yang harum dan menenangkan.
Mereka berdua berhasil menyelesaikan tugas tersebut tepat sebelum ayam berkokok menyambut fajar. Mereka merasa bangga dan yakin bahwa mereka telah memenangkan hati Dewi Kilisuci.
Setelah Lembu Suro dan Mahesa Suro berhasil menyelesaikan tantangan pertama, Dewi Kilisuci merasa perlu untuk memberikan tantangan kedua. Ia ingin memastikan bahwa kedua sumur yang dibuat oleh Lembu Suro dan Mahesa Suro benar-benar berbau amis dan wangi, sesuai dengan permintaannya.
Dewi Kilisuci kemudian meminta kedua raja tersebut untuk memastikan sendiri bahwa kedua sumur itu benar-benar berbau amis dan wangi. Caranya, mereka berdua harus masuk ke dalam sumur yang mereka buat sendiri. Ini adalah permintaan yang cukup berbahaya, karena kedua sumur tersebut sangat dalam dan sulit untuk keluar jika sudah masuk.
Namun, Lembu Suro dan Mahesa Suro tidak menolak permintaan Dewi Kilisuci. Mereka berdua merasa yakin bahwa mereka mampu memenuhi permintaan tersebut dan membuktikan cinta mereka kepada Dewi Kilisuci. Mereka berdua kemudian masuk ke dalam sumur yang mereka buat sendiri, dengan harapan bahwa mereka akan memenangkan hati Dewi Kilisuci.
Setelah Lembu Suro dan Mahesa Suro memasuki sumur yang mereka buat sendiri, Dewi Kilisuci segera memerintahkan prajuritnya untuk menutup sumur tersebut. Ini adalah bagian dari rencana Dewi Kilisuci yang tidak diketahui oleh kedua raja tersebut.
Prajurit-prajurit kerajaan segera bergerak sesuai perintah Dewi Kilisuci. Mereka mengambil batu-batu besar dan tanah, lalu membuangnya ke dalam sumur. Suara gemuruh terdengar saat batu-batu besar itu jatuh ke dalam sumur. Mereka bekerja dengan cepat dan efisien, dan dalam waktu singkat, kedua sumur tersebut berhasil ditutup.
Sementara itu, di dalam sumur, Lembu Suro dan Mahesa Suro merasa terkejut dan bingung. Mereka mencoba untuk keluar, tetapi sumur tersebut sudah ditutup rapat. Mereka berteriak dan memohon, tetapi suara mereka tidak terdengar di permukaan. Akhirnya, mereka terperangkap di dalam sumur tersebut, tanpa ada harapan untuk bisa keluar.
Penutupan sumur ini menjadi awal mula terbentuknya Gunung Kelud. Dikatakan bahwa roh Lembu Suro dan Mahesa Suro masih terperangkap di dalam gunung tersebut, dan kadang-kadang mereka menunjukkan kemarahannya melalui letusan gunung berapi.
Setelah Dewi Kilisuci memerintahkan prajuritnya untuk menutup sumur yang telah dibuat oleh Lembu Suro dan Mahesa Suro, terjadilah perubahan besar di puncak Gunung Kelud. Penutupan sumur tersebut menjadi awal mula terbentuknya Gunung Kelud.
Dikisahkan, setelah sumur tersebut ditutup, tanah di sekitar sumur mulai bergetar dan mengguncang. Batu-batu besar mulai bergerak dan tanah mulai naik, membentuk sebuah gunung yang tinggi dan megah. Asap dan uap air mulai keluar dari puncak gunung, menandakan bahwa gunung tersebut adalah gunung berapi.
Gunung yang terbentuk dari penutupan sumur ini kemudian dikenal sebagai Gunung Kelud. Nama "Kelud" sendiri berasal dari kata "Kilud" yang berarti "sumur". Ini merujuk pada dua sumur yang dibuat oleh Lembu Suro dan Mahesa Suro sebagai bukti cinta mereka kepada Dewi Kilisuci.
Namun, meski Gunung Kelud kini tampak tenang dan damai, roh Lembu Suro dan Mahesa Suro dikatakan masih terperangkap di dalamnya. Mereka kadang-kadang menunjukkan kemarahannya melalui letusan gunung berapi, sebagai peringatan akan pengkhianatan Dewi Kilisuci.
Inilah kisah tentang terbentuknya Gunung Kelud, sebuah gunung berapi yang menjadi saksi bisu kisah cinta tragis antara Dewi Kilisuci, Lembu Suro, dan Mahesa Suro. Kisah ini mengajarkan kita bahwa kejujuran dan kepercayaan adalah hal yang sangat penting dalam setiap hubungan. Pengkhianatan hanya akan membawa bencana dan kesedihan. Demikianlah kisah ini diceritakan, semoga dapat menghibur, menambah wawasan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, Tuhan pemilik kisah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar