Kisah Legenda Air Terjun Roro Kuning Nganjuk


Pada zaman dahulu kala, ketika mentari masih muda dan bumi diselimuti embun keemasan, berdirilah dua kerajaan agung di tanah Jawa. Salah satunya adalah Kerajaan Daha, yang gemerlap bagai permata di tengah samudra. Di kerajaan inilah bersemayam seorang putri jelita bernama Dewi Sekartaji, yang kelak lebih dikenal dengan sebutan Roro Kuning.

Dewi Sekartaji, putri dari sang maha patih Lembu Amiseno, memiliki kecantikan yang tiada tara. Rambutnya yang berkilau bagai benang sutra selalu terurai indah, dan kulitnya seputih susu. Namun, kecantikannya itu tak sebanding dengan kemuliaan hatinya. Ia dikenal sebagai sosok yang lembut, bijaksana, dan penuh kasih sayang.

Suatu ketika, di tengah gemerlapnya istana, tersiar kabar tentang seorang putri dari kerajaan tetangga yang memiliki kecantikan yang tak kalah menawan. Putri itu bernama Dewi Kilisuci, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Roro Ruting. Kabar tentang kecantikan kedua putri ini pun sampai ke telinga raja, sehingga diadakanlah sayembara untuk mencari jodoh bagi mereka.

Namun, takdir berkata lain. Di tengah hiruk pikuk sayembara, terjalinlah persahabatan yang erat antara Roro Ruting dan Roro Kuning. Keduanya menemukan kecocokan satu sama lain, sehingga mereka memutuskan untuk bersaudara. Persahabatan mereka menjadi buah bibir di seluruh penjuru kerajaan.


Kegembiraan yang sempat dirasakan di istana Daha perlahan memudar seiring dengan datangnya musibah. Dua bintang kembar yang bersinar terang, Roro Ruting dan Roro Kuning, kini meredup. Tubuh mereka yang mulanya seharum melati kini lemas tak berdaya, digerogoti penyakit misterius.

Roro Ruting, si putri jelita dari kerajaan tetangga, kini tubuhnya menguning bagai kunyit tua. Mata indahnya sayu, dan senyum manisnya lenyap ditelan penyakit kuning yang merajalela. Sedangkan Roro Kuning, putri kesayangan Lembu Amiseno, harus menanggung beban penyakit gondok yang membengkakkan lehernya. Kulitnya yang mulanya halus kini bersisik dan mengelupas, seakan dikutuk oleh kekuatan jahat.

Para tabib istana telah berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan kedua putri kesayangan itu. Berbagai ramuan ajaib, mantra sakti, dan doa-doa telah diucapkan, namun semuanya sia-sia. Penyakit yang mereka derita begitu ganas, seakan ada kekuatan gaib yang menghalangi kesembuhan mereka.

Desas-desus tentang penyakit kedua putri itu pun menyebar ke seluruh penjuru kerajaan. Rakyat berduyun-duyun datang ke istana untuk mendoakan kesembuhan mereka. Para pendeta dan dukun dari berbagai penjuru negeri juga diundang untuk mengobati kedua putri. Namun, tak ada satu pun yang berhasil.


Di tengah keputusasaan yang mendalam, Roro Ruting dan Roro Kuning memutuskan untuk tidak menyerah pada penyakit yang merongrong tubuh mereka. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, mereka memutuskan untuk meninggalkan istana dan mencari obat mujarab ke tempat-tempat yang jauh dan mistis.

Didampingi oleh beberapa pengawal setia, kedua putri jelita itu memulai perjalanan panjang. Mereka menyusuri jalan setapak yang terjal, melewati hutan belantara yang lebat, dan menyeberangi sungai yang deras. Setiap langkah yang mereka ambil terasa begitu berat, namun semangat mereka untuk sembuh tetap menyala.


Setelah menempuh perjalanan panjang dan melelahkan, Roro Ruting dan Roro Kuning akhirnya tiba di Desa Bajulan. Kelelahan dan penyakit membuat langkah mereka semakin berat. Namun, semangat untuk sembuh tetap menyala dalam dada mereka.

Di tengah hutan belantara, mereka menemukan sebuah padepokan yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Padepokan itu begitu tenang dan damai, seolah tersembunyi dari hiruk pikuk dunia luar. Di bawah naungan pohon ringin yang besar, mereka melihat seorang resi tua sedang bersemedi. Wajahnya memancarkan aura kedamaian dan kebijaksanaan.

Dengan langkah tertatih, Roro Ruting dan Roro Kuning menghampiri resi tua itu. Mereka menceritakan tentang penyakit yang mereka derita dan harapan mereka untuk sembuh. Resi Darmo mendengarkan dengan penuh perhatian. Wajahnya yang tadinya tenang kini berubah menjadi serius.

"Anak-anakku," ucap Resi Darmo dengan suara lembut, "penyakit yang kalian derita bukanlah penyakit biasa. Ini adalah kutukan dari penguasa laut selatan. Untuk mematahkan kutukan itu, kalian harus melalui ujian yang berat."

Roro Ruting dan Roro Kuning saling pandang. Mereka mengerti bahwa perjalanan mereka belum berakhir. Namun, mereka juga merasa lega karena telah menemukan orang yang dapat membantu mereka.


Di bawah naungan langit senja yang mulai merangkak, Resi Darmo, sang pertapa agung, menghampiri kedua putri jelita itu. Dengan tangan bijaksana, ia mengelus lembut dahi Ruting dan Roro Kuning yang masih terbaring lemah. Mata sebening embun pagi itu memancarkan kasih sayang yang mendalam.

"Wahai anakanda sekalian," sapa Resi Darmo dengan suara lembut bak alunan gamelan, "Janganlah bersedih hati. Aku telah membawa obat mujarab untuk menyembuhkan penyakitmu."

Dari dalam tas anyamannya yang sederhana, Resi Darmo mengeluarkan ramuan herbal yang harum semerbak. Ramuan itu adalah hasil dari pengetahuan mendalamnya tentang khasiat tumbuh-tumbuhan yang hidup di sekitar pertapaannya. Dengan telaten, Resi Darmo menyuapi ramuan tersebut kepada Ruting dan Roro Kuning.

Sesendok demi sesendok, ramuan ajaib itu perlahan mengalir ke dalam tubuh mereka. Seketika, tubuh kedua putri itu terasa hangat dan nyaman. Rasa sakit yang menyiksa perlahan mulai surut, digantikan oleh ketenangan yang mendalam.


Hari demi hari berlalu, Ruting dan Roro Kuning terus meminum ramuan dari Resi Darmo. Keadaan mereka pun semakin membaik. Wajah mereka yang semula pucat pasi kini kembali berseri. Kulit mereka yang kasar kini kembali halus dan lembut. Rambut mereka yang kusam kini kembali berkilau.

Ketika sinar mentari pagi menyinari puncak gunung, keajaiban pun terjadi. Ruting dan Roro Kuning telah sembuh sepenuhnya. Mereka bangkit dari pembaringan, tubuh mereka terasa ringan dan segar. Dengan penuh syukur, mereka menatap Resi Darmo yang tersenyum bangga melihat kesembuhan kedua putri itu.

"Terima kasih, Resi Darmo," ucap Ruting dan Roro Kuning seraya memberi hormat di hadapan sang pertapa. "Engkau telah menyelamatkan hidup kami."

Resi Darmo membalas mereka dengan penuh kasih sayang. "Anakanda sekalian, ingatlah selalu bahwa alam semesta ini penuh dengan keajaiban. Dengan menjaga keseimbangan alam dan menghormati semua makhluk hidup, kita akan selalu mendapatkan berkah."


Setelah sembuh dari penyakit yang menggerogoti tubuhnya, Ruting dan Roro Kuning merasa begitu bersyukur kepada Sang Pencipta dan Resi Darmo. Setiap hari, mereka menyempatkan diri untuk bermeditasi dan berdoa di kaki gunung, tempat di mana sang resi bertapa.

Suatu ketika, saat tengah mencari bunga-bungaan untuk persembahan kepada para dewa, kedua putri jelita itu menemukan sebuah lembah yang tersembunyi. Di dasar lembah itu, mengalirlah air yang jernih sebening kristal. Air terjun yang menawan itu terjun bebas dari ketinggian sepuluh hingga lima belas hasta, membentuk buih putih yang lembut bagaikan kapas.

"Indah sekali, Kakak," ucap Ruting kagum. "Sepertinya air ini sangat menyegarkan."

Roro Kuning tersenyum. "Ayo kita coba, mungkin air ini bisa membuat tubuh kita semakin sehat."

Dengan hati gembira, mereka pun berendam di kolam alami di bawah air terjun. Air yang dingin menusuk pori-pori kulit mereka, namun terasa begitu menyegarkan. Seolah-olah ada kekuatan gaib yang mengalir dari air itu, membasuh segala lelah dan penat.

Resi Darmo yang kebetulan sedang berjalan-jalan di sekitar pertapaannya, melihat kedua putri itu sedang bermain air. Beliau tersenyum melihat keceriaan mereka.

"Wahai anakanda sekalian," sapa Resi Darmo, "air terjun ini sangatlah istimewa. Airnya berasal dari mata air suci di Gunung Wilis yang memiliki khasiat menyembuhkan segala penyakit."

"Karena engkau, Roro Kuning, yang pertama kali menemukan air terjun ini, maka mulai sekarang air terjun ini akan ku beri nama Air Terjun Roro Kuning."

Ruting dan Roro Kuning merasa sangat terhormat dengan pemberian nama dari Resi Darmo. Mereka berjanji akan selalu menjaga keindahan air terjun itu dan menceritakan kisah tentang asal-usulnya kepada generasi mendatang.

Sejak saat itu, Air Terjun Roro Kuning menjadi tempat yang sangat dihormati oleh masyarakat sekitar. Banyak orang yang percaya bahwa air dari air terjun itu memiliki kekuatan magis yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Mereka datang dari berbagai penjuru untuk berendam dan meminta berkah kepada para leluhur.  Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Awloh, tuhan pemilik kisah kehidupan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Asal Usul Suku Mentawai, Tertua di Indonesia, Warisan Budaya yang Menawan

Kisah Gunung Sumbing: Sejarah, Legenda dan Cerita Mistis

Sejarah Asal Usul Kabupaten Nduga, Papua, Jejak Keindahan dan Tantangan