Kisah Syekh Abdul Qadir Jaelani Merebut Ruh Santri Dari Malaikat Maut
Dalam khazanah cerita para wali Allah, nama Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani memang selalu disebut sebagai salah satu tokoh yang paling disegani dan dikagumi. Beliau adalah seorang sufi yang terkenal dengan kebijaksanaan, kebaikan hati, dan kedalaman spiritualitasnya. Riwayat hidup Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani penuh dengan kisah-kisah ajaib atau karomah yang menunjukkan kedekatannya dengan Sang Pencipta.
Salah satu kisah yang paling mengagumkan adalah ketika beliau berhasil merebut kembali ruh seorang santrinya dari tangan malaikat maut. Kisah ini bermula ketika salah satu santri kesayangan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani meninggal dunia. Sang santri adalah seorang pemuda yang sangat berdedikasi dalam menuntut ilmu dan selalu menunjukkan sikap yang baik kepada semua orang.
Kisah ini dimulai di sebuah pesantren yang terletak di pinggiran kota, tempat Syaikh Abdul Qadir mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada para santrinya. Salah satu santri yang paling disayangi oleh Syaikh adalah seorang pemuda yang selalu rajin dan tekun dalam belajar.
Namun, suatu hari, berita duka datang. Santri kesayangan Syaikh tersebut meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Kematian sang santri tentu saja meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga, terutama bagi sang istri. Ia merasa kehilangan sosok suami yang selalu ada untuknya, sosok yang selalu memberikan semangat dan cinta.
Dalam kesedihannya yang mendalam, sang istri kemudian menghadap Syaikh Abdul Qadir. Dengan mata yang sembab dan hati yang hancur, ia memohon dengan sangat agar suaminya dapat hidup kembali. Ia merasa bahwa kehidupannya tidak akan pernah sama tanpa kehadiran suaminya.
Melihat kesedihan yang mendalam dari sang istri, hati Syaikh Abdul Qadir pun terenyuh. Sebagai seorang guru, ia tidak tega melihat salah satu muridnya dalam keadaan sedih dan putus asa.
Syaikh Abdul Qadir, seorang guru spiritual yang dihormati, memutuskan untuk melakukan perjalanan spiritual yang sangat dalam setelah kejadian tersebut. Dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh kasih sayang, beliau memasuki alam batin, sebuah dimensi spiritual yang hanya dapat dicapai oleh orang-orang yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah.
Perjalanan ini bukanlah perjalanan fisik, melainkan perjalanan batin yang melibatkan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman spiritual yang mendalam. Syaikh Abdul Qadir menutup matanya dan memasuki meditasi yang dalam, membiarkan dirinya tenggelam dalam cahaya ilahi.
Di alam batin inilah, Syaikh Abdul Qadir melihat sesuatu yang luar biasa. Beliau melihat bagaimana malaikat maut, Izrail, telah mencabut nyawa santrinya. Izrail, malaikat yang ditugaskan untuk mencabut nyawa manusia, tampak membawa ruh sang santri dalam sebuah kantong. Kantong itu tampak bercahaya, seolah-olah mencerminkan kebaikan dan kemurnian jiwa sang santri.
Kemudian, Tanpa ragu, Syaikh Abdul Qadir mengejar Izrail. Ia berlari melintasi alam batin, melewati cahaya dan kegelapan, melalui ruang dan waktu. Ia berlari dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh kasih sayang, berharap untuk bisa menyelamatkan santrinya.
Dengan karomah yang diberikan Allah, Syekh Abdul Qadir Al-Jilani berhasil mengejar Malaikat Izrail, malaikat pencabut nyawa. Pertemuan dua sosok agung ini tentu saja menjadi peristiwa yang sangat luar biasa. Izrail, malaikat maut yang ditugaskan oleh Allah untuk mencabut nyawa manusia, berhadapan langsung dengan Syaikh Abdul Qadir, seorang guru spiritual yang dihormati dan disegani.
Dengan suara yang tegas dan penuh otoritas, Syekh berteriak, "Berhenti, berhentilah malaikat Maut, berikan ruh santriku kepadaku!"
Namun, Izrail menjawab dengan tenang, "Saya mencabut nyawa atas perintah Allah, bagaimana mungkin ruh ini saya serahkan kepadamu?"
Terjadilah adu kuat antara Syekh dan Izrail, saling berebut kantong berisikan semua ruh yang diambil malaikat maut. Dengan kekuatan yang diberikan Allah kepada Syekh, akhirnya Syekh mampu merebut kantong tersebut. Namun, dalam prosesnya, kantong itu sobek dan ruh-ruh yang ada di dalamnya berhamburan keluar, kembali ke dunia mencari jasadnya masing-masing.
Akhirnya, semua orang yang meninggal dunia di hari itu menemukan kehidupannya kembali, termasuk santri kesayangan Syekh. Melihat ini, Izrail mencoba bermunajat kepada Allah, mengadukan apa yang telah terjadi.
"Ya Allah, Engkau Maha Tahu terhadap apa yang telah terjadi antara aku dan kekasihMu, Abdul Qadir. Dengan kekuatan kewaliannya, dia telah merebut semua arwah yang aku ambil pada hari ini," ucap Izrail dalam munajatnya.
Namun, Allah berfirman kepada Izrail, "Wahai malaikat maut, kenapa tidak kau serahkan ruh santri kekasihKu? Gara-gara hanya satu ruh, semua ruh kembali ke jasadnya." Mendengar ini, Izrail merasa menyesal.
Tentu semua ini terjadi bukanlah berkat kesaktian Syekh Abdul Qadir, namun semua ini terjadi atas izin dari Allah terhadap Sang Kekasih tercinta. Karena cinta sejati akan mampu menciptakan sesuatu yang luar biasa. Tidak ada batas dan penghalang antara Sang pecinta dengan yang dicintai. Ini adalah bukti bahwa cinta dan kasih sayang Syekh kepada santrinya mampu melampaui batas antara hidup dan mati, dan membawa keajaiban yang tak terduga.
Ruh sang santri kemudian dikembalikan ke dalam jasadnya. Cahaya kehidupan kembali memenuhi tubuhnya, dan sang santri pun hidup kembali. Ia bangkit dari kematian, seperti seekor phoenix yang bangkit dari abu-abunya.
Ketika sang santri membuka matanya dan merasakan kehidupan kembali mengalir dalam dirinya, ia merasa sangat terkejut. Ia merasa seperti baru saja bangun dari mimpi yang sangat panjang. Namun, ketika ia melihat wajah Syaikh Abdul Qadir dan istrinya yang menangis bahagia, ia tahu bahwa ini bukanlah mimpi.
Sang santri merasa sangat bersyukur. Ia merasa seperti telah diberikan kesempatan kedua untuk hidup. Ia merasa sangat berterima kasih kepada Syaikh Abdul Qadir yang telah berdoa untuknya dan kepada Allah yang telah mengabulkan doa tersebut.
Sementara itu, sang istri merasa sangat bahagia. Ia merasa seperti telah mendapatkan kembali bagian dari dirinya yang hilang. Ia merasa sangat berterima kasih kepada Syaikh Abdul Qadir yang telah membantu suaminya dan kepada Allah yang telah mengabulkan doanya.
Keduanya kemudian berpelukan, merasakan kebahagiaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Mereka berdua merasa sangat bersyukur dan berjanji untuk selalu menghargai setiap momen yang mereka miliki bersama. Kisah ini menjadi bukti bahwa cinta, kasih sayang, dan doa dapat melakukan hal-hal yang luar biasa, bahkan sampai mengalahkan maut.
Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, tuhan pemilik kisah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar