Kisah Legenda Nyi Mas Belimbing, Cerita Rakyat Jawa Barat



Pada zaman dahulu kala, di ujung barat Pulau Jawa, hiduplah seorang putri yang cantik jelita bernama Nyi Mas Belimbing. Ia adalah putri dari seorang pertapa bijaksana bernama Resi Rarata, yang terkenal karena kebijaksanaan dan pengetahuannya yang mendalam.

Suatu malam, ketika bulan purnama bersinar terang di langit, Nyi Mas Belimbing mengalami sebuah mimpi yang sangat indah. Dalam mimpinya, ia bertemu dengan seorang pemuda tampan dari Cirebon bernama Sunan Gunung Jati. Walaupun hanya melalui mimpi, pertemuan itu meninggalkan kesan yang sangat mendalam di hati Nyi Mas Belimbing. Ia merasa seolah-olah telah bertemu dengan cinta sejatinya.

Sejak malam itu, Nyi Mas Belimbing tidak dapat melupakan sosok Sunan Gunung Jati. Rasa cintanya yang begitu mendalam membuatnya merasa gelisah dan tidak tenang. Makan tidak enak, tidur tidak nyenyak, dan hari-harinya dipenuhi dengan lamunan serta rasa rindu yang mendalam terhadap Sunan Gunung Jati. Ia merasa sedih dan selalu termenung, memikirkan bagaimana caranya untuk bisa bertemu dengan pria pujaannya itu.

Resi Rarata, sebagai seorang ayah yang bijaksana, segera menyadari perubahan perilaku putrinya. Ia melihat kegundahan yang begitu jelas dalam diri Nyi Mas Belimbing. Dengan hati-hati, Resi Rarata memilih waktu yang tepat untuk berbicara dengan putrinya dan menanyakan penyebab kesedihannya.

Dengan sedikit menunduk dan malu-malu, Nyi Mas Belimbing mengakui perasaannya kepada sang ayah. Ia bercerita tentang mimpinya bertemu dengan Sunan Gunung Jati dan bagaimana ia jatuh cinta kepada pemuda tampan tersebut. Dengan penuh hati-hati, Nyi Mas Belimbing meminta izin kepada ayahnya untuk pergi ke Cirebon dan menemui Sunan Gunung Jati.

Namun, Resi Rarata tidak memberikan izin kepada putrinya untuk pergi. Ia berpendapat bahwa sebagai seorang putri, tidak pantas bagi Nyi Mas Belimbing untuk mendatangi seorang pria, apalagi dia adalah putri raja. Menurut adat kebiasaan, seharusnya laki-laki atau pangeran yang mengajukan lamaran untuk menikahi putri raja, bukan sebaliknya.

Sebagai seorang ayah yang bijaksana, Resi Rarata berusaha menenangkan dan menasihati putrinya. Ia berkata bahwa jika memang mereka berjodoh, Tuhan pasti akan mempertemukan mereka dengan cara-Nya sendiri. Pernikahan akan terjadi jika memang sudah ditakdirkan demikian.

Nyi Mas Belimbing berusaha menerima nasihat ayahnya, walaupun hatinya dipenuhi dengan kerinduan yang membara. Ia mencoba melupakan perasaan cintanya kepada Sunan Gunung Jati, tetapi semakin ia mencoba, semakin kuat perasaan itu tumbuh. Rasa rindu yang tak tertahankan terus mengisi hari-harinya, membuatnya semakin sulit untuk melupakan cintanya.

Meskipun perasaan cintanya begitu kuat, Nyi Mas Belimbing tetap berusaha menjadi putri yang patuh kepada ayahnya. Ia berusaha mengalihkan pikirannya dan melanjutkan kehidupannya dengan harapan bahwa suatu hari nanti, takdir akan mempertemukannya kembali dengan Sunan Gunung Jati. Namun, dalam hatinya yang terdalam, ia tetap menyimpan rasa cinta dan rindu yang tak terucapkan untuk Sunan Gunung Jati.


Akhirnya, Nyi Mas Belimbing tidak lagi sanggup menahan kerinduannya yang membara. Pada suatu pagi buta, ketika fajar baru saja menyingsing dan kabut masih menyelimuti Ujung Kulon, Nyi Mas Belimbing memutuskan untuk pergi. Tanpa memberitahu siapapun, ia melangkah keluar dari pertapaan tempat ia tinggal bersama ayahnya, Resi Rarata, yang masih terlelap dalam tidur. Keputusan ini ia ambil dengan penuh tekad, walaupun ia tahu bahwa ia mengabaikan larangan ayahnya. Namun, rasa cintanya kepada Sunan Gunung Jati begitu kuat sehingga ia rela menempuh perjalanan yang berat menuju Cirebon.

Nyi Mas Belimbing berjalan dengan hati yang bulat, meskipun perjalanan ini sangatlah jauh dan berat. Ia hanya berbekal rasa cintanya yang tulus dan mendalam sebagai sumber kekuatannya. Namun, tanpa sepengetahuannya, kepergiannya diketahui oleh Ki Pandan Alam, seorang pemuda yang diam-diam sering memerhatikannya. Ki Pandan Alam telah lama menyimpan rasa cinta kepada Nyi Mas Belimbing, tetapi belum pernah berani mengungkapkannya. Mengetahui bahwa gadis pujaannya berusaha menemui lelaki lain, hatinya dipenuhi dengan kekecewaan dan cemburu yang membara.

Tanpa berpikir panjang, Ki Pandan Alam segera mengambil keputusan untuk menyusul Nyi Mas Belimbing. Ia segera menunggangi kudanya dan memacu dengan cepat, berusaha mengejar jejak gadis pujaannya. Perjalanan Ki Pandan Alam pun tidak mudah, tetapi ia terus maju dengan tekad yang sama kuatnya. Setelah menempuh setengah perjalanan, ia akhirnya berhasil menyusul Nyi Mas Belimbing yang berjalan kaki dengan penuh semangat.

Dengan ramah dan kata-kata lembut, Ki Pandan Alam mencoba membujuk Nyi Mas Belimbing untuk mengurungkan niatnya menemui Sunan Gunung Jati. Ia mengungkapkan rasa cintanya yang selama ini terpendam, berharap bahwa Nyi Mas Belimbing akan membalas perasaannya. Namun, Nyi Mas Belimbing dengan tegas menolak. Cintanya hanya untuk Sunan Gunung Jati, dan ia tidak akan mengubah keputusannya.

Penolakan tersebut membuat Ki Pandan Alam marah dan semakin terbakar cemburu. Ia merasa ditolak dan terhina, sehingga kemarahan dan kekecewaannya memuncak. Akhirnya, ia memutuskan untuk menggunakan kekerasan. Ia mencoba memaksa Nyi Mas Belimbing untuk kembali ke Ujung Kulon, tetapi Nyi Mas tetap teguh dan tidak takut. Ia menolak dengan tegas keinginan Ki Pandan Alam.

Pertempuran antara mereka pun tidak terelakkan. Nyi Mas Belimbing bukanlah perempuan biasa; ia memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa untuk ukuran seorang putri. Dalam pertarungan tersebut, Ki Pandan Alam tidak mampu menandingi kesaktian Nyi Mas. Ia kalah, tidak sanggup menaklukkan Nyi Mas Belimbing.

Kemenangan Nyi Mas Belimbing menunjukkan bahwa cinta sejatinya kepada Sunan Gunung Jati memberikannya kekuatan yang luar biasa. Ia terus melanjutkan perjalanannya menuju Cirebon, dengan harapan bahwa takdir akan mempertemukannya dengan cinta sejatinya. 


Ki Pandan Alam yang terluka, malu, dan marah atas kekalahannya, memutuskan untuk mengadukan nasibnya kepada ayahnya, Sang Hyang Tenggulung. Melihat putranya yang bersedih hati, Sang Hyang Tenggulung merasa tidak tega. Ia kemudian menasihati dan mengusulkan sebuah rencana yang cerdik: agar Ki Pandan Alam menyamar menjadi Sunan Gunung Jati. Ki Pandan Alam, yang sudah putus asa, setuju dengan saran ayahnya.

Dengan satu kali jentikkan jari Sang Hyang Tenggulung, wajah dan wujud Ki Pandan Alam tiba-tiba berubah menjadi sangat mirip dengan Sunan Gunung Jati. Tampilan luar yang hampir sempurna ini memberikan harapan baru bagi Ki Pandan Alam. Ia segera kembali menaiki kudanya dan menyusul Nyi Mas Belimbing yang sudah hampir tiba di kota Cirebon.

Nyi Mas Belimbing, yang dipenuhi oleh kerinduan dan keinginan untuk bertemu dengan Sunan Gunung Jati, sama sekali tidak curiga ketika melihat Ki Pandan Alam yang telah berubah wujud. Dengan sepenuh hati, ia menerima kehadiran sosok yang ia yakini sebagai Sunan Gunung Jati dan menyatakan kesediaannya untuk dinikahi. Rasa bahagia yang meluap-luap memenuhi hati Nyi Mas Belimbing karena ia berhasil menikah dengan pemuda yang selama ini ia puja-puja, meskipun pertemuan mereka sempat terjadi hanya dalam mimpi.

Mereka kemudian tinggal di Cirebon untuk beberapa waktu. Hati Nyi Mas Belimbing dipenuhi kebahagiaan karena merasa impiannya telah terwujud. Sementara itu, Ki Pandan Alam, meskipun menikmati keberhasilannya dalam mendapatkan hati Nyi Mas Belimbing, terus hidup dalam ketakutan. Ia takut siasatnya akan terbongkar dan kehilangan segalanya.

Namun, kebahagiaan yang diperoleh dari kebohongan selalu rapuh. Di balik senyum dan tawa yang tampak di permukaan, ada rasa waswas yang terus menghantui Ki Pandan Alam. Setiap detik yang berlalu, ia khawatir akan hari di mana kebenaran terungkap, dan ia harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya.

Di saat yang sama, Nyi Mas Belimbing yang tulus mencintai, mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda. Meskipun wajah di depannya adalah wajah yang ia dambakan, ada sesuatu dalam sikap dan perbuatan Ki Pandan Alam yang tidak sepenuhnya sesuai dengan bayangannya tentang Sunan Gunung Jati. Tanpa ia sadari, benih kecurigaan mulai tumbuh dalam hatinya, yang akan menuntun pada pengungkapan kebenaran di masa depan.


Seperti pepatah lama yang mengatakan, sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Begitu pula dengan penyamaran Ki Pandan Alam, yang akhirnya terbongkar juga. Ketika Kesultanan Cirebon mengetahui kelicikannya, mereka segera mengambil tindakan tegas. Ki Pandan Alam dihukum karena kelancangannya menyamar sebagai Sunan Gunung Jati dan menikahi Nyi Mas Belimbing. Hukuman tersebut tidak hanya berat bagi Ki Pandan Alam, tetapi juga mengungkap kebenaran di balik kebohongannya.

Betapa hancur hati Nyi Mas Belimbing saat mengetahui bahwa orang yang dikiranya Sunan Gunung Jati adalah penipu. Kecewa dan sedih, Nyi Mas Belimbing merasa telah tertipu mentah-mentah. Perasaannya hancur berkeping-keping, seperti kaca yang dilempar ke batu. Malu yang begitu mendalam menguasai dirinya, membuatnya merasa tidak sanggup untuk kembali ke pertapaan di Ujung Kulon. Ketakutan akan amarah dan kekecewaan sang ayah, Resi Rarata, semakin memperparah penderitaannya.

Rasa malu dan takut yang begitu besar membuat Nyi Mas Belimbing merasa tidak ada jalan keluar lain. Dalam keputusasaan yang mendalam, ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Pilihan itu ia ambil dengan berat hati, namun ia merasa tidak ada pilihan lain yang tersisa. Keputusan tragis itu diambil dengan harapan untuk menghindari rasa malu yang tak tertahankan dan hukuman dari sang ayah.

Nyi Mas Belimbing kemudian dikuburkan di Cirebon, meninggalkan kenangan tentang cinta yang tak terlupakan dan kisah tragis yang mengiringi perjalanan hidupnya. Legenda tentang Nyi Mas Belimbing dan perjalanan cintanya yang penuh liku-liku menjadi bagian dari cerita rakyat yang diwariskan dari generasi ke generasi di Jawa Barat. Kisah ini mengajarkan tentang kesetiaan, keberanian, dan konsekuensi dari tindakan yang tidak jujur.


Beberapa bulan setelah kematian Nyi Mas Belimbing, sebuah keajaiban dan keanehan mulai terjadi di sekitar pusaranya. Masyarakat yang tinggal di sekitar kuburan sering kali mendengar suara tangisan bayi yang mengusik ketenangan malam. Tangisan tersebut terdengar begitu nyata sehingga membuat warga sekitar merasa cemas dan bertanya-tanya tentang asal-usul suara tersebut. Kabar mengenai suara tangisan bayi di pusara Nyi Mas Belimbing cepat menyebar, membuat suasana semakin gempar.

Rasa takut dan penasaran yang meliputi warga membuat mereka akhirnya melaporkan kejadian aneh tersebut kepada Sunan Gunung Jati. Setelah mendengar laporan tersebut, Sunan Gunung Jati segera memerintahkan untuk membongkar pusara Nyi Mas Belimbing. Perintah tersebut dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian dan rasa hormat, mengingat sosok Nyi Mas Belimbing yang dikenal sebagai perempuan yang sangat berbakti dan penuh cinta.

Ketika kuburan itu dibongkar, semua yang hadir di sana terkejut dan takjub dengan apa yang mereka temukan. Di dalam pusara Nyi Mas Belimbing, terdapat seorang bayi laki-laki yang lucu dan imut. Bayi itu terlihat sehat dan terawat dengan baik, meskipun seharusnya tidak mungkin ada bayi yang dapat hidup di dalam kuburan. Keajaiban ini semakin menambah keajaiban kisah cinta Nyi Mas Belimbing.

Sunan Gunung Jati, yang mendengar berita tersebut, segera datang untuk melihat sendiri keajaiban itu. Dengan hati yang penuh keharuan, ia mengangkat bayi tersebut menjadi anaknya dan memberinya nama Si Cikal. Kehadiran Si Cikal dianggap sebagai berkat dan tanda kebesaran Tuhan. Bayi ini menjadi simbol dari cinta sejati yang tak lekang oleh waktu dan tak terhalang oleh maut.

Kisah tentang pusara yang mengeluarkan tangisan bayi dan penemuan Si Cikal menjadi legenda yang diwariskan dari generasi ke generasi di Jawa Barat. Kisah ini tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga pengingat tentang kekuatan cinta dan keajaiban yang bisa terjadi dari ketulusan hati. Sunan Gunung Jati merawat Si Cikal dengan penuh kasih sayang, menganggapnya sebagai anugerah yang harus dijaga dan dicintai.

Demikianlah kisah ini diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Awloh, tuhan yang maha kuasa, pemilik kisah kehidupan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Legenda Putri Gunung Ledang, Cerita Rakyat Malaka

Kisah Legenda Puteri Junjung Buih, Cerita Rakyat Kalimantan

Kisah Gunung Sumbing: Sejarah, Legenda dan Cerita Mistis