Kisah Asal-Usul Padi, Legenda Dewi Sri
Di suatu masa di zaman
dahulu kala, di tanah Jawa Tengah yang subur, berdiri sebuah kerajaan yang
dikenal sebagai Medang Kamulan. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang
bijaksana dan adil, Prabu Sri Mahapunggung, atau juga dikenal sebagai Bathara
Srigati. Raja ini memiliki seorang putri yang sangat cantik dan cerdas, Dewi
Sri. Dewi Sri bukanlah putri biasa, dia diyakini sebagai titisan neneknya,
Bathari Sri Widowati, yang dikenal sebagai dewi kesuburan.
Dewi Sri, dengan
kecantikan dan kecerdasannya, dikenal sebagai dewi padi, simbol kesuburan dan
kemakmuran. Adiknya, Sadana, dikenal sebagai dewa hasil bumi seperti
umbi-umbian, kentang, sayuran, dan lainnya. Dewi Sri sangat dicintai oleh para
petani, karena mereka percaya bahwa Dewi Sri membantu mereka mendapatkan panen
yang melimpah.
Dewi Sri sering
digambarkan sebagai seorang gadis muda yang sangat cantik. Dia memiliki tubuh
yang ramping tetapi sintal dan berisi, mencerminkan kecantikan alami gadis asli
Nusantara. Dewi Sri sering digambarkan dalam wujud wanita yang memegang tanaman
padi di tangan kirinya. Dia mewujudkan perempuan di usia puncak kecantikan,
kewanitaan, dan kesuburannya. Dewi Sri adalah simbol dari kesuburan dan
kehidupan yang juga hadir dalam banyak legenda di sejumlah wilayah di
Indonesia.
Di suatu
masa yang penuh dengan kebahagiaan dan kemakmuran, ada satu hari yang mengubah
segalanya. Batara Guru, seorang pria bijaksana yang telah dianggap sebagai ayah
angkat oleh Dewi Sri, mengungkapkan perasaan dan hasrat yang mendalam
terhadapnya. Perasaannya begitu kuat sehingga ia tidak mampu lagi
menyembunyikannya.
Dewi Sri,
yang terkejut dengan pengakuan ini, berusaha menolak secara lembut tanpa
melukai hati Batara Guru. Dengan bijaksana, dia mengajukan sebuah permintaan
yang seolah-olah mustahil dipenuhi. Dia meminta Batara Guru untuk mencari suatu
buah yang belum pernah dilihat atau dirasakan oleh siapapun. Permintaan ini
bukan tanpa alasan; Dewi Sri berharap Batara Guru akan menyerah dan melupakan
hasratnya.
Namun,
cinta Batara Guru terhadap Dewi Sri begitu tulus dan kuat. Terpesona oleh
kecantikan dan kebaikannya, ia berjanji untuk menemukan buah tersebut, bahkan
jika harus berkelana sampai ke ujung dunia. Dengan tekad yang membara, Batara
Guru memulai perjalanannya yang penuh tantangan.
Batara Guru
menjelajahi berbagai penjuru bumi, melewati gunung-gunung tinggi yang puncaknya
terselimut awan, menerobos hutan-hutan lebat yang dihuni oleh makhluk-makhluk
misterius, dan menyeberangi samudra-samudra luas yang menyimpan rahasia-rahasia
dalam kedalamannya. Di setiap perhentiannya, ia bertemu dengan berbagai makhluk
ajaib dan menghadapi tantangan yang tak terduga.
Perjalanan
ini bukanlah perjalanan biasa. Setiap langkah yang diambil Batara Guru adalah
wujud dari cinta dan pengabdian yang mendalam kepada Dewi Sri. Namun, meskipun
ia telah melewati banyak rintangan dan berkelana sejauh mata memandang, buah
yang dicari oleh Dewi Sri tetap tidak ditemukan.
Hari-hari
yang indah perlahan berubah menjadi kelabu. Dewi Sri, yang biasanya ceria dan
penuh semangat, mulai jatuh sakit. Hari demi hari, kekuatannya berangsur-angsur
menghilang. Kehilangan selera makan dan semangat hidupnya, Dewi Sri tampak
semakin lemah di hadapan rakyatnya.
Rakyat yang
begitu mencintai Dewi Sri merasakan duka yang mendalam. Mereka yang terbiasa
melihat Dewi Sri sebagai sumber inspirasi dan kekuatan, kini hanya dapat
menyaksikan dirinya yang semakin lesu. Kesedihan menyelimuti seluruh kerajaan,
dan doa-doa dipanjatkan untuk kesembuhannya.
Namun,
takdir berkata lain. Kondisi Dewi Sri semakin memburuk hingga akhirnya ia tidak
lagi mampu bertahan. Di suatu hari yang kelam, Dewi Sri mengembuskan napas
terakhirnya. Berita kematiannya menyebar cepat ke seluruh penjuru kerajaan,
menghancurkan hati rakyat yang mendengarnya. Kesedihan merasuki setiap sudut
negeri, meninggalkan bayang-bayang duka yang mendalam.
Batara
Guru, yang tengah berjuang memenuhi permintaan Dewi Sri, merasakan kesedihan
yang tak terhingga. Kabar kematian Dewi Sri menghancurkan hatinya. Ia merasa
bersalah karena tidak dapat menemukan buah yang diminta dan merasa bahwa
dirinya mungkin bertanggung jawab atas kematian Dewi Sri. Dalam kesedihannya,
Batara Guru menangis dan merenung, memikirkan betapa besar cintanya kepada Dewi
Sri dan betapa besar pengorbanannya selama ini.
Namun,
kematian Dewi Sri bukanlah akhir dari segalanya. Di tempat peristirahatan
terakhirnya, sebuah keajaiban terjadi. Di dekat makam Dewi Sri, alam
seakan-akan memberikan penghormatan terakhir kepada sang Dewi dengan cara yang
paling menakjubkan. Dari tanah yang telah menyerap air mata kesedihan dan
harapan, tumbuh berbagai jenis tanaman yang menjadi sumber kehidupan baru bagi
manusia.
Pertama,
tumbuhlah pohon kelapa yang menjulang tinggi, memberikan air yang menyegarkan
dan daging buah yang mengenyangkan bagi rakyat. Air kelapanya yang manis dan
menyegarkan mampu mengobati dahaga di kala terik matahari, sedangkan daging
buahnya yang lembut menyediakan makanan yang lezat.
Di sekitar
pohon kelapa, tanaman padi mulai menghijau. Padi yang menjadi sumber makanan
pokok bagi rakyat memberikan harapan baru akan kehidupan yang makmur. Setiap
butir padi yang tumbuh menjadi simbol kesuburan yang diwariskan oleh Dewi Sri.
Tak jauh
dari sana, pohon aren mulai tumbuh dengan kokoh. Dari batang pohon ini, rakyat
mendapatkan gula aren yang manis, memberikan kenikmatan dalam setiap makanan
dan minuman mereka. Batang pohon yang kuat dan tinggi juga memberikan bahan
bangunan yang berguna bagi mereka.
Di
dekatnya, buah pepaya yang tergantung indah memberikan vitamin dan nutrisi bagi
rakyat. Buahnya yang berwarna oranye cerah penuh dengan kesegaran dan rasa
manis yang menyenangkan. Pepaya menjadi salah satu sumber nutrisi yang menjaga
kesehatan rakyat.
Pohon
mangga yang berdiri megah dengan buah-buahnya yang menggoda memberikan rasa
manis dan segar yang tiada tara. Buah mangga ini menjadi penghibur di kala
duka, memberikan sedikit kebahagiaan di tengah kesedihan yang melanda.
Selain itu,
tumbuh pula berbagai buah-buahan pendam seperti ubi dan ketela yang memberikan
karbohidrat dan energi yang diperlukan oleh rakyat. Tanaman-tanaman ini tumbuh
subur di sekitar makam Dewi Sri, seolah-olah memberikan pesan bahwa meski Dewi
Sri telah tiada, warisannya akan terus hidup dan memberikan kehidupan bagi rakyatnya.
Dewi Sri, dewi padi,
telah menjadi simbol kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat agraris dan
petani padi di Indonesia. Meski dia telah tiada, namun semangat dan cintanya
terhadap rakyatnya masih terasa hingga sekarang. Dari tubuh Dewi Sri, tumbuh
berbagai jenis tanaman yang menjadi sumber kehidupan bagi manusia.
Tanaman-tanaman ini tidak hanya memberikan makanan bagi rakyatnya, tetapi juga
menjadi simbol kesuburan dan kehidupan.
Legenda Dewi Sri bukan
hanya sebuah cerita, tetapi juga menjadi bagian penting dari kepercayaan
masyarakat Indonesia. Legenda ini menjadi simbol kesuburan dan pertanian, dua
hal yang sangat penting bagi masyarakat agraris. Dewi Sri dihormati dan dipuja
sebagai dewi padi, dan setiap panen padi selalu diadakan upacara tani sebagai
bentuk penghormatan kepada Dewi Sri.
Demikianlah kisah
legenda Dewi Sri dan asal-usul padi. Kisah ini menjadi cerminan dari kekayaan sejarah
dan budaya kita, dan menjadi pengingat bagi kita semua tentang pentingnya
kesuburan dan pertanian bagi kehidupan kita. Semoga cerita ini dapat menjadi
inspirasi bagi kita semua untuk terus menjaga dan melestarikan alam dan
pertanian kita sebagai anugerah tuhan yang maha esa.
Komentar
Posting Komentar