Kisah Nabi Sulaiman dan Semut

 


Saat fajar menyingsing di ufuk timur, sinar keemasan mulai menyebar ke seluruh kerajaan Nabi Sulaiman. Di depan mata, sebuah pemandangan yang luar biasa terlihat: barisan pasukan yang terdiri dari manusia, jin, dan burung bergerak menuju tujuan mereka. Panji-panji kerajaan berkibar gagah dihembus angin sepoi-sepoi, menunjukkan kekuatan dan keagungan Nabi Sulaiman.

Di barisan terdepan, Nabi Sulaiman menunggangi kuda gagah, memimpin pasukan dengan wibawa dari sorot matanya. Jubah kebesarannya berkibar tertiup angin, menambah kharisma raja yang adil dan bijaksana. Di sampingnya, para panglima perang dengan wajah tegas siap menjalankan setiap titah sang raja.

Pasukan jin dengan kekuatan mistis berjalan beriringan dengan para prajurit manusia. Burung-burung beterbangan di langit, membentuk formasi indah yang memukau. Di antara mereka, terdapat burung Hud-hud, pembawa pesan setia Nabi Sulaiman, dengan mata tajam yang mampu menembus jarak pandang.

Rombongan besar ini maju dengan tujuan mulia, menyebarkan kebenaran dan menegakkan keadilan di muka bumi. Langkah mereka tegap, penuh keyakinan, melintasi padang rumput hijau, menyeberangi sungai jernih, dan mendaki bukit terjal.

Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah yang diapit perbukitan hijau. Lembah itu tampak tenang dan damai, namun di balik keindahannya tersembunyi kehidupan lain yang tak terlihat manusia.

 

Suara derap langkah pasukan bergema di antara dinding lembah, memecah kesunyian yang meliputi lembah tersebut. Lembah yang tampak tenang itu menyimpan kehidupan riuh. Di balik bebatuan dan rerumputan, ribuan semut kecil berlalu-lalang, mencari makan dan menjalankan tugas demi kelangsungan koloni mereka. Mereka adalah makhluk kecil yang tekun dan disiplin, bekerja sama membangun peradaban mereka di dunia yang jarang dilihat manusia.

Ratu semut, dengan mahkota kecil di kepalanya, mengawasi rakyatnya dengan penuh perhatian. Ia adalah pemimpin bijaksana dan penuh kasih sayang, selalu mengutamakan keselamatan koloninya. Dari istananya di bawah tanah, ia memantau setiap aktivitas di dalam dan luar sarang.

Tiba-tiba, getaran tanah yang tak biasa mengganggu ketenangan lembah. Ratu semut merasakan bahaya mendekat. Ia segera merayap ke permukaan, mengintip dari balik rerumputan. Betapa terkejutnya ia melihat pasukan besar bergerak menuju lembah mereka. Manusia, jin, dan burung bercampur baur dalam formasi menakutkan.

Ratu semut menyadari pasukan itu adalah pasukan Nabi Sulaiman, penguasa dengan kekuatan luar biasa. Ia tahu jika pasukan itu melewati lembah mereka, ribuan semut akan terinjak dan terbunuh. Naluri keibuannya bangkit, ia harus melindungi rakyatnya dari bahaya yang mengancam.

Dengan segenap kekuatan, ratu semut berlari menuju pusat koloni. Ia berseru lantang yang menggema di seluruh lembah, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari!"

Seruan ratu semut seperti petir di siang bolong. Para semut yang tengah sibuk beraktivitas seketika menghentikan pekerjaan mereka. Mereka berlarian menuju sarang, berdesak-desakan menyelamatkan diri. Ibu-ibu semut menggendong anak-anak, para pekerja mengangkut persediaan makanan, semua berusaha secepat mungkin untuk berlindung.

Lembah yang tadinya riuh dengan aktivitas kini menjadi sunyi senyap. Hanya tersisa debu beterbangan dan beberapa semut yang tertinggal, berjuang keras mencapai sarang sebelum terlambat. Ratu semut berdiri di atas batu, mengawasi rakyatnya dengan cemas, berharap semua selamat dari ancaman maut yang datang tiba-tiba.

 

Namun, siapa sangka, suara yang nyaris tak terdengar itu mampu menembus hiruk-pikuk pasukan dan sampai ke telinga Nabi Sulaiman.

Masya Awloh, atas izin Awloh, Nabi Sulaiman dianugerahi kemampuan untuk memahami bahasa hewan. Ia mendengar dengan jelas setiap kata yang diucapkan oleh ratu semut. Peringatan yang penuh kasih sayang dan kepedulian terhadap keselamatan rakyatnya membuat hati Nabi Sulaiman tersentuh. Seulas senyum terukir di bibirnya, kagum dengan kecerdasan dan kebijaksanaan ratu semut.

"Sungguh menakjubkan," gumam Nabi Sulaiman dalam hati. "Makhluk sekecil ini pun memiliki rasa cinta dan tanggung jawab yang besar terhadap kaumnya."

Tanpa ragu, Nabi Sulaiman mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada seluruh pasukan untuk berhenti. "Berhentilah sejenak!" titahnya dengan suara lantang yang menggema di seluruh lembah. "Kita beri jalan untuk makhluk yang berlindung kepada Awloh Ta'ala."

Para panglima perang dan prajurit tertegun. Mereka saling berpandangan, bingung dengan perintah sang raja. Tak ada musuh di depan mata, tak ada bahaya yang mengancam. Mengapa mereka harus berhenti?

Nabi Sulaiman, dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, menjelaskan kepada pasukannya tentang keberadaan koloni semut di lembah tersebut. Ia menceritakan tentang ratu semut yang bijaksana dan kepeduliannya terhadap rakyatnya. "Kita tidak boleh mengabaikan makhluk Awloh, sekecil apapun mereka," ujar Nabi Sulaiman. "Kekuatan kita bukanlah untuk menindas yang lemah, melainkan untuk melindungi mereka."

Pasukan Nabi Sulaiman, yang terdiri dari manusia, jin, dan burung, mendengarkan dengan penuh takzim. Mereka terkesima dengan kebijaksanaan dan kasih sayang sang raja. Dengan patuh, mereka menghentikan langkah, memberikan kesempatan bagi para semut untuk masuk ke sarang-sarang mereka dengan aman.

Ribuan semut berlarian melewati kaki-kaki para prajurit tanpa terinjak atau terluka. Ratu semut, dari balik rerumpunan rumput, mengamati dengan rasa syukur. Ia menyadari bahwa mereka telah diselamatkan oleh seorang raja yang adil dan berhati mulia.

Lembah yang tadinya dipenuhi gemuruh pasukan kini kembali sunyi. Hanya tersisa hembusan angin dan suara gemerisik dedaunan. Nabi Sulaiman dan pasukannya melanjutkan perjalanan mereka, meninggalkan lembah semut dengan hati yang damai.

 

Kisah Nabi Sulaiman dan pasukan semut bukanlah sekadar cerita tentang seorang raja dan sekelompok serangga kecil. Ia adalah pelajaran berharga tentang arti kekuatan sejati, kebijaksanaan, dan kasih sayang.

Nabi Sulaiman, dengan segala keagungan dan kekuasaannya, menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukanlah terletak pada jumlah pasukan yang banyak atau kehebatan senjata yang dimiliki. Bayangkan, seorang raja yang memimpin pasukan manusia, jin, dan burung, rela menghentikan langkahnya demi melindungi sekelompok semut kecil. Ia tidak menganggap remeh makhluk ciptaan Awloh, sekecil apapun mereka. Ia mendengarkan dengan seksama peringatan ratu semut, memahami rasa takut dan kekhawatiran mereka, dan dengan tulus memberikan perlindungan.

Sikap Nabi Sulaiman ini mencerminkan kebijaksanaan hakiki. Kebijaksanaan bukanlah tentang seberapa banyak pengetahuan yang dimiliki, melainkan tentang bagaimana menggunakan pengetahuan tersebut untuk kebaikan. Nabi Sulaiman memahami bahwa setiap makhluk di bumi ini memiliki hak untuk hidup dan berkembang, terlepas dari ukuran atau kekuatan mereka.

Kasih sayang adalah kunci dari kepemimpinan Nabi Sulaiman. Ia tidak hanya memerintah dengan kekuatan, tetapi juga dengan kelembutan hati. Ia mencintai rakyatnya, baik manusia, jin, maupun hewan. Ia melindungi mereka, membimbing mereka, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka.

Kisah Nabi Sulaiman dan pasukan semut mengajarkan kita untuk selalu berbelas kasih kepada semua makhluk ciptaan Awloh. Jangan pernah meremehkan atau menyakiti makhluk lain, sekecil apapun mereka. Ingatlah bahwa kita semua adalah bagian dari ciptaan Awloh yang agung, dan kita harus saling menghormati dan menyayangi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Legenda Putri Gunung Ledang, Cerita Rakyat Malaka

Kisah Legenda Puteri Junjung Buih, Cerita Rakyat Kalimantan

Kisah Gunung Sumbing: Sejarah, Legenda dan Cerita Mistis