Kisah Sejarah Asal Usul Kabupaten Mojokerto
Nun jauh di masa lampau, sebelum
nama Mojokerto terukir, di lembah Sungai Brantas yang perkasa, benih-benih
peradaban mulai bersemi. Konon, wilayah ini merupakan bagian penting dari
Kerajaan Kahuripan yang agung, dipimpin oleh Prabu Airlangga, seorang raja
bijaksana yang berhasil menyatukan kembali kerajaan setelah terpecah belah.
Sungai Brantas menjadi urat nadi kehidupan, mengairi sawah-sawah yang menghijau
dan menjadi jalur perdagangan yang ramai. Masyarakatnya hidup dalam kedamaian,
bercocok tanam, dan mengembangkan seni serta budaya yang adiluhung.
Di bawah kepemimpinan Prabu
Airlangga, Kahuripan mencapai puncak kejayaannya. Petilasan-petilasan kuno dan
candi-candi yang tersebar di wilayah Mojokerto menjadi saksi bisu kemegahan
masa itu. Konon, sang prabu sering bertapa dan menyucikan diri di berbagai
tempat keramat di sekitar lereng gunung, mencari petunjuk ilahi demi
kesejahteraan rakyatnya. Semangat kepemimpinan dan kebijaksanaan Prabu
Airlangga inilah yang kemudian menjadi inspirasi bagi generasi-generasi penerus
di tanah ini.
Pada masa inilah, dasar-dasar
tata pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat mulai terbentuk. Sistem
irigasi yang canggih untuk pertanian dikembangkan, menunjukkan tingkat
peradaban yang tinggi. Kehidupan religius juga berkembang pesat, dengan
banyaknya bangunan suci yang didirikan sebagai tempat pemujaan para dewa dan
leluhur. Aura spiritual yang kental menyelimuti wilayah ini, menjadikannya
tempat yang dihormati dan disegani.
Meskipun Kahuripan kemudian
terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Janggala dan Panjalu, warisan peradabannya
tetap hidup dan berkembang di wilayah Mojokerto. Sisa-sisa kejayaan masa lalu
itu masih dapat kita saksikan hingga kini, mengingatkan kita akan akar sejarah
yang dalam dan kuat. Semangat persatuan dan kegigihan Prabu Airlangga dalam membangun
negeri menjadi api yang tak pernah padam dalam jiwa masyarakat Mojokerto.
Legenda-legenda tutur tentang
kesaktian para resi dan empu pada masa Kahuripan juga turut menghiasi khazanah
cerita rakyat. Mereka adalah para bijak bestari yang menjadi penasihat raja dan
penjaga keseimbangan alam. Dari tangan merekalah lahir pusaka-pusaka sakti dan
karya-karya sastra adi luhung yang menjadi kebanggaan hingga kini. Inilah
permulaan dari sebuah perjalanan panjang, sebuah titik awal dari kisah besar
Kabupaten Mojokerto.
Setelah era Kahuripan, pengaruh
Kerajaan Singhasari mulai terasa di wilayah ini. Singhasari, dengan rajanya
yang termasyhur seperti Ken Arok dan Kertanagara, menancapkan tonggak
kekuasaannya di Jawa Timur. Wilayah Mojokerto menjadi salah satu daerah
penyangga penting bagi Singhasari, baik dari segi ekonomi maupun pertahanan.
Banyak peninggalan arkeologis dari masa Singhasari ditemukan di sini,
menunjukkan betapa eratnya kaitan antara kedua wilayah ini.
Konon, pada masa pemerintahan
Kertanagara, seorang raja yang visioner dan berani, Singhasari bercita-cita
menyatukan Nusantara di bawah panji-panjinya. Ekspedisi Pamalayu yang terkenal
itu pun digagas dan dilaksanakan. Wilayah Mojokerto, dengan lokasinya yang
strategis, turut berperan dalam mendukung ambisi besar tersebut. Para prajurit
dan sumber daya alam dari daerah ini dikerahkan demi kejayaan Singhasari.
Namun, kejayaan Singhasari tidak
berlangsung lama. Serangan dari pasukan Mongol di bawah Kubilai Khan dan
pemberontakan dari dalam negeri mengakhiri riwayat kerajaan ini. Meskipun
demikian, semangat kebangsaan dan cita-cita penyatuan Nusantara yang diwariskan
oleh Kertanagara tidak pernah benar-benar padam. Semangat inilah yang kemudian
dihidupkan kembali oleh kerajaan penerusnya, Majapahit.
Banyak kisah heroik tentang para
ksatria Singhasari yang berasal atau bertugas di wilayah Mojokerto. Mereka
dikenal gagah berani dan setia kepada negara. Pengorbanan mereka dalam
mempertahankan kedaulatan Singhasari menjadi inspirasi bagi perjuangan generasi
selanjutnya. Sisa-sisa benteng pertahanan dan artefak militer menjadi bukti
bisu kegigihan mereka.
Dalam legenda rakyat, sering
diceritakan tentang adanya tempat-tempat keramat yang dijaga oleh roh-roh
leluhur dari zaman Singhasari. Tempat-tempat ini diyakini memiliki kekuatan
magis dan sering didatangi oleh orang-orang yang mencari berkah atau kekuatan.
Aura mistis dari masa Singhasari masih terasa kental di beberapa sudut wilayah
Mojokerto, menambah kekayaan warisan budayanya.
Inilah babak paling gemilang
dalam sejarah tanah ini, yaitu lahirnya Kerajaan Majapahit. Setelah runtuhnya
Singhasari, Raden Wijaya, menantu Kertanagara, dengan kecerdikan dan
kegigihannya berhasil mendirikan sebuah kerajaan baru yang kelak akan menjadi
salah satu imperium terbesar di Nusantara. Dan pusat dari kerajaan agung inilah
terletak di Trowulan, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari Kabupaten
Mojokerto.
Legenda menceritakan bagaimana
Raden Wijaya, dengan bantuan Aria Wiraraja dari Madura, memanfaatkan kedatangan
pasukan Mongol untuk mengalahkan Jayakatwang, penguasa Kediri yang telah
meruntuhkan Singhasari. Setelah itu, dengan strategi yang jitu, ia berhasil
mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa. Di atas puing-puing kekalahan
musuh-musuhnya, Raden Wijaya memproklamasikan berdirinya Majapahit, sebuah nama
yang kelak akan menggetarkan dunia.
Nama Majapahit sendiri, menurut
salah satu versi cerita yang populer, berasal dari buah maja yang rasanya
pahit. Konon, ketika para pekerja sedang membuka hutan Tarik untuk dijadikan
pemukiman, mereka menemukan banyak pohon maja. Salah seorang pekerja yang
kehausan kemudian memakan buah maja tersebut, namun ternyata rasanya sangat
pahit. Peristiwa inilah yang kemudian menginspirasi Raden Wijaya untuk
menamakan kerajaannya Majapahit.
Di bawah kepemimpinan raja-raja
besar seperti Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, Majapahit mencapai puncak
keemasannya. Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Gajah Mada, sebuah ikrar untuk
menyatukan Nusantara di bawah naungan Majapahit, menjadi kenyataan. Wilayah
kekuasaan Majapahit membentang luas, dari Semenanjung Malaya hingga Kepulauan
Maluku. Trowulan, sebagai ibu kota, menjadi pusat peradaban, perdagangan, seni,
dan budaya yang megah.
Kehidupan di ibu kota Majapahit
sangatlah kosmopolitan. Para pedagang dari berbagai penjuru dunia datang silih
berganti, membawa barang dagangan dan bertukar budaya. Arsitektur
bangunan-bangunan di Trowulan, seperti candi, gapura, dan kolam segaran,
menunjukkan tingkat keahlian dan cita rasa seni yang tinggi. Masyarakatnya
hidup sejahtera, menikmati kemakmuran dan kedamaian yang diciptakan oleh
pemerintahan yang kuat dan adil. Inilah warisan terbesar yang ditinggalkan
Majapahit untuk Mojokerto dan Indonesia.
Tidak dapat dipisahkan dari
kebesaran Majapahit adalah sosok Mahapatih Gajah Mada. Seorang tokoh legendaris
yang dengan kecerdasan, keberanian, dan kesetiaannya berhasil membawa Majapahit
ke puncak kejayaan. Kisah hidupnya penuh dengan inspirasi dan keteladanan,
menjadikannya salah satu pahlawan terbesar dalam sejarah Nusantara. Gajah Mada
adalah arsitek utama di balik luasnya wilayah kekuasaan Majapahit.
Gajah Mada memulai karirnya
sebagai seorang prajurit di pasukan Bhayangkara, pasukan pengawal raja. Berkat
kecakapan dan loyalitasnya, ia dengan cepat menapaki jenjang karir hingga
akhirnya diangkat menjadi Mahapatih pada masa pemerintahan Ratu Tribhuwana
Wijayatunggadewi. Saat itulah ia mengucapkan Sumpah Palapa yang terkenal,
sebuah janji suci untuk tidak akan menikmati kesenangan duniawi sebelum
berhasil menyatukan seluruh Nusantara.
Dengan strategi militer yang
brilian dan diplomasi yang ulung, Gajah Mada berhasil menaklukkan berbagai
kerajaan di Nusantara dan menjadikannya bagian dari Majapahit. Ia membangun
angkatan laut yang kuat untuk menguasai jalur perdagangan maritim. Di bawah
kepemimpinannya, Majapahit menjadi kekuatan yang disegani di Asia Tenggara.
Kesejahteraan rakyat meningkat, dan hukum ditegakkan dengan adil.
Selain kehebatannya dalam bidang
militer dan politik, Gajah Mada juga dikenal sebagai seorang negarawan yang
bijaksana. Ia turut berperan dalam penyusunan kitab hukum Negarakertagama,
sebuah karya sastra yang menggambarkan kebesaran Majapahit. Banyak petilasan
dan tempat-tempat yang diyakini sebagai peninggalan Gajah Mada tersebar di
wilayah Mojokerto, menjadi saksi bisu pengabdiannya kepada negara.
Wafatnya Gajah Mada menjadi
kehilangan besar bagi Majapahit. Meskipun demikian, semangat dan cita-citanya
untuk mempersatukan Nusantara terus hidup dalam sanubari bangsa Indonesia.
Ketokohan Gajah Mada menjadi simbol persatuan, kekuatan, dan dedikasi tanpa
pamrih. Kisah kepahlawanannya abadi, terukir dengan tinta emas dalam sejarah
Kabupaten Mojokerto dan bangsa Indonesia.
Seperti roda kehidupan yang terus
berputar, kejayaan Majapahit pun perlahan mulai meredup. Setelah wafatnya Hayam
Wuruk dan Gajah Mada, kerajaan besar ini mulai mengalami kemunduran. Perang
saudara, perebutan kekuasaan, dan munculnya kekuatan-kekuatan baru di
daerah-daerah taklukan menjadi faktor utama melemahnya Majapahit. Senja kala mulai
menyelimuti imperium yang pernah begitu perkasa.
Satu per satu wilayah kekuasaan
Majapahit mulai melepaskan diri. Pengaruh agama Islam yang semakin berkembang
di pesisir utara Jawa juga turut mengubah peta politik dan sosial di Nusantara.
Kerajaan-kerajaan Islam seperti Demak mulai menunjukkan kekuatannya dan menjadi
pesaing serius bagi Majapahit. Meskipun demikian, sisa-sisa kebesaran Majapahit
masih bertahan di Trowulan untuk beberapa waktu.
Konon, pada masa-masa akhir
Majapahit, banyak pusaka keraton dan harta benda kerajaan yang disembunyikan di
tempat-tempat rahasia di sekitar Trowulan dan lereng gunung Penanggungan. Para
abdi dalem yang setia berusaha menyelamatkan warisan leluhur dari kehancuran.
Cerita-cerita tentang harta karun terpendam dan pusaka sakti Majapahit hingga
kini masih menjadi bagian dari legenda rakyat Mojokerto.
Perlahan tapi pasti, pusat
kekuasaan bergeser dari pedalaman ke wilayah pesisir. Namun, semangat dan
budaya Majapahit tidak sepenuhnya lenyap. Banyak nilai-nilai luhur dan tradisi
Majapahit yang kemudian diadaptasi dan diintegrasikan ke dalam budaya
masyarakat Jawa di kemudian hari. Jejak-jejak kejayaan masa lalu itu tetap
abadi dalam bentuk candi, artefak, dan yang terpenting, dalam memori kolektif
masyarakat.
Runtuhnya Majapahit bukanlah
akhir dari segalanya, melainkan awal dari babak baru dalam sejarah tanah Jawa.
Warisan peradabannya yang agung menjadi fondasi bagi perkembangan
kerajaan-kerajaan selanjutnya. Dan wilayah Mojokerto, sebagai bekas pusat
kerajaan, tetap menyimpan aura magis dan sejarah yang tak ternilai harganya.
Setelah era Majapahit, wilayah
yang kini dikenal sebagai Mojokerto ini mengalami berbagai perubahan. Namun,
bagaimana sebenarnya nama Mojokerto itu sendiri muncul? Ada beberapa versi
cerita dan penafsiran mengenai asal-usul nama ini, yang semuanya menambah warna
dalam khazanah sejarahnya. Salah satu versi yang paling populer, seperti telah
disinggung sebelumnya, berkaitan dengan buah maja yang pahit.
Menurut legenda, ketika Raden
Wijaya dan para pengikutnya membuka hutan Tarik untuk mendirikan pemukiman baru
yang kelak menjadi cikal bakal Majapahit, mereka menemukan banyak pohon maja.
Saat salah seorang prajurit yang kelelahan dan kehausan mencoba memakan buah
dari pohon tersebut, ia merasakan kepahitan yang luar biasa. Dari pengalaman
inilah muncul ungkapan "maja pahit" atau "mojo pait" dalam
bahasa Jawa, yang kemudian menjadi nama bagi kerajaan besar itu.
Seiring berjalannya waktu dan
perubahan dialek, serta perkembangan wilayah, nama ini kemudian
bertransformasi. Kata "mojo" tetap merujuk pada pohon maja, sementara
"kerto" atau "karta" dalam bahasa Jawa Kuno dan Sansekerta
berarti pekerjaan yang telah dicapai, atau bisa juga diartikan sebagai benteng,
kota, atau tempat yang makmur dan aman. Jadi, Mojokerto bisa diartikan sebagai
sebuah benteng atau kota yang dibangun di tempat di mana pohon maja tumbuh,
atau sebuah tempat yang makmur berkat pohon maja.
Versi lain menyebutkan bahwa nama
Mojokerto lebih merujuk pada sebuah daerah atau distrik yang berkembang setelah
masa kejayaan Majapahit. Ketika pusat pemerintahan bergeser, Trowulan dan
sekitarnya mungkin masih dikenal dengan asosiasinya terhadap pohon maja.
Kemudian, ketika sebuah pusat administrasi baru atau "kuto" (kota)
didirikan di wilayah tersebut, nama "Mojokerto" pun mulai digunakan
secara resmi.
Apapun versi yang paling tepat,
nama Mojokerto secara inheren membawa jejak sejarah Majapahit. Pohon maja,
meskipun buahnya pahit, adalah saksi bisu dari perjuangan, pendirian, dan
kejayaan sebuah imperium. Nama ini menjadi pengingat akan akar sejarah yang
kuat dan warisan budaya yang kaya dari wilayah yang pernah menjadi pusat
peradaban Nusantara.
Memasuki abad ke-17 dan ke-18,
pengaruh kolonialisme Eropa mulai merambah Nusantara, termasuk wilayah
Mojokerto. Perusahaan dagang Belanda, VOC, secara bertahap menancapkan
kekuasaannya, mengubah tatanan politik dan ekonomi yang telah ada. Wilayah
Mojokerto pun tak luput dari cengkeraman penjajahan, menjadi bagian dari
wilayah administratif yang dikendalikan oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
Pada masa kolonial, Mojokerto
dijadikan sebagai salah satu pusat pemerintahan dan perkebunan. Banyak
infrastruktur dibangun oleh Belanda, seperti jalan raya, jembatan, dan
gedung-gedung pemerintahan, yang sebagian masih bisa kita saksikan hingga kini.
Namun, di balik pembangunan tersebut, rakyat Mojokerto mengalami penderitaan
akibat sistem tanam paksa dan eksploitasi sumber daya alam.
Semangat perlawanan terhadap
penjajah tidak pernah padam di hati rakyat Mojokerto. Banyak tokoh lokal yang
memimpin perlawanan, baik secara terbuka maupun terselubung. Kisah-kisah heroik
tentang perjuangan mereka melawan ketidakadilan kolonial menjadi bagian tak
terpisahkan dari sejarah daerah ini. Mereka mewarisi semangat juang para
ksatria Majapahit dalam membela tanah air.
Ketika gelora perjuangan
kemerdekaan Indonesia semakin membara di awal abad ke-20, rakyat Mojokerto
turut aktif berpartisipasi. Berbagai organisasi pergerakan nasional tumbuh dan
berkembang di sini. Para pemuda dan tokoh masyarakat Mojokerto bahu-membahu
dalam upaya merebut kembali kedaulatan bangsa dari tangan penjajah. Semangat
Sumpah Palapa seolah terlahir kembali dalam bentuk perjuangan mencapai Indonesia
merdeka.
Akhirnya, setelah melalui
perjuangan yang panjang dan penuh pengorbanan, Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Rakyat Mojokerto menyambut berita
gembira ini dengan suka cita dan semangat untuk membangun masa depan yang lebih
baik. Era kolonial telah berakhir, dan babak baru dalam sejarah Kabupaten
Mojokerto sebagai bagian dari Republik Indonesia yang merdeka pun dimulai.
Setelah kemerdekaan, Kabupaten
Mojokerto terus berkembang menjadi daerah yang maju dan dinamis. Pembangunan di
berbagai sektor, mulai dari pertanian, industri, hingga pariwisata, terus
digalakkan. Pemerintah daerah dan masyarakat Mojokerto bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup. Namun, di tengah modernisasi,
warisan sejarah dan budaya tetap dijaga dan dilestarikan.
Trowulan, sebagai bekas ibu kota
Majapahit, kini menjadi situs warisan budaya nasional yang penting. Berbagai
upaya pelestarian dan penelitian arkeologi terus dilakukan untuk mengungkap
lebih banyak lagi misteri dan kebesaran masa lalu. Museum Trowulan menjadi
pusat informasi dan edukasi bagi masyarakat yang ingin mempelajari sejarah
Majapahit. Festival budaya dan acara-acara peringatan sejarah rutin diadakan
untuk menjaga memori kolektif tetap hidup.
Kabupaten Mojokerto tidak hanya
kaya akan peninggalan sejarah, tetapi juga memiliki potensi alam yang indah.
Pemandian air panas Pacet, kawasan pegunungan Trawas, dan berbagai air terjun
menjadi destinasi wisata alam yang menarik. Kekayaan kuliner khas Mojokerto, seperti
onde-onde dan sambel wader, juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan.
Semangat kegotongroyongan dan
kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur terus menjadi landasan dalam
kehidupan bermasyarakat di Mojokerto. Nilai-nilai luhur seperti kerja keras,
kejujuran, dan toleransi tetap dijunjung tinggi. Generasi muda Mojokerto
dididik untuk mencintai sejarah dan budayanya, serta memiliki semangat untuk
membangun daerahnya menjadi lebih baik.
Kabupaten Mojokerto kini berdiri
sebagai sebuah daerah yang bangga akan masa lalunya yang gemilang, namun tetap
optimis menatap masa depan. Warisan sejarah Majapahit dan semangat para
pahlawan menjadi inspirasi untuk terus berkarya dan berinovasi. Dengan
memadukan kekayaan sejarah, potensi alam, dan semangat masyarakatnya, Mojokerto
akan terus menuliskan kisah-kisah baru yang tak kalah gemilang.
Demikianlah kisah ini
diceritakan, segala kebenaran detailnya kita kembalikan kepada Allah, tuhan
pemilik kisah kehidupan.
Komentar
Posting Komentar